ECONOMICS

PPN Naik Jadi 12 Persen di 2025, Ekonomi RI Diprediksi Stagnan 5 Persen

Anggie Ariesta 18/12/2024 17:25 WIB

Pertumbuhan makro ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan stagnan di level 4,8-5 persen. Bahkan, diproyeksi tidak lebih tinggi dari pertumbuhan di tahun ini.

PPN Naik Jadi 12 Persen di 2025, Ekonomi RI Diprediksi Stagnan 5 Persen. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Pertumbuhan makro ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan stagnan di level 4,8-5 persen. Bahkan, diproyeksi tidak lebih tinggi dari pertumbuhan di tahun ini.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, stagnasi ekonomi 2025 disebabkan oleh arah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto di tahun depan, yang mulai tergambar di akhir 2024.

Salah satunya yakni kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen dan mulai berlaku 1 Januari 2025.

“Tapi kalau dari analisa CORE dari kacamata sekarang dengan melihat arah kebijakan di 2025, termasuk PPN 12 persen, kemudian cukai dan lain-lain, nah itu kita prediksikan enggak akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2024,” ujarnya saat konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2024).

Berdasarkan perhitungan CORE, kata dia, pemerintah perlu mengubah beberapa kebijakannya agar ekonomi Tanah Air 2025 melejit menyentuh 8 persen, seperti yang dicanangkan Prabowo Subianto. Soal ini Faisal tidak merinci lebih jauh.

Meski begitu, dia mengaitkan pertumbuhan ekonomi 8 persen dengan penguatan sektor industrialisasi yang dinilai harus dipercepat. Dengan kata lain, tanpa pertumbuhan industri target ekonomi 8 persen sulit tercapai.

“Artinya kalau ingin mencapai target yang lebih tinggi, itu harus diubah kebijakan yang sekarang. Harus lepas dari proyeksi 4,8-5 persen. Nah, jadi ini nyambung ke cerita bahwa kita perlu gerakan industrialisasi, yang lebih cepat,” katanya. 

Faisal mencatat, industrialisasi di dalam negeri masih mandek lantaran tidak sinkronnya dengan kebijakan pemerintah. Padahal, sektor ini paling banyak menyumbang jumlah tenaga kerja formal hingga value added alias nilai tambah.

“Jadi kalau kita berbicara penciptaan lapangan pekerjaan, memang jumlah totalnya nomor satu pertanian, kedua perdagangan, ketiga industri. Tapi kalau bicara lapangan kerja formal, nah ini untuk menjawab sebetulnya peningkatan pengangguran khususnya di kalangan muda,” ujar dia. 

“Yang mereka itu butuhnya sebetulnya adalah lapangan kerja formal, maka nomor satu adalah industri,” ujarnya.

(Dhera Arizona)

SHARE