Presiden Brasil Kecam Trump, Sebut Ancaman Tarif AS Tidak Logis
Presiden Brasil Lula da Silva menegaskan negaranya tidak akan menerima instruksi dari AS setelah Presiden Trump mengancam Brasil dengan tarif 50 persen.
IDXChannel - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan bahwa negaranya tidak akan menerima instruksi dari Amerika Serikat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam Brasil dengan tarif 50 persen.
Dalam wawancara dengan CNN pada Kamis (17/7/2025), Presiden Lula mengatakan tarif tersebut tidak memiliki logis. Meski begitu, ia tidak yakin ada "krisis" dalam hubungan antara AS dengan Brasil saat ini.
"Bagi saya, bukan hanya nilai tarif itu yang mengejutkan, tetapi juga bagaimana tarif itu diumumkan," kata Lula seperti dilansir dari Al-Jazeera pada Jumat (18/7/2025).
"Kita tidak boleh membiarkan Presiden Trump lupa bahwa ia dipilih untuk memerintah AS, bukan untuk menjadi pemimpin dunia," lanjutnya.
Pendekatan keras Trump terhadap hubungan perdagangan dengan negara lain telah membuat jengkel sejumlah pemimpin negara seperti Lula, yang telah menyatakan frustrasi atas apa yang ia lihat sebagai upaya Trump untuk mendikte Brasil terkait masalah perdagangan dan proses peradilan domestik.
Seperti diketahui, Bolsonaro, mantan presiden Brasil yang memiliki hubungan dekat dengan Trump dan keluarganya, saat ini sedang diadili atas dugaan upaya untuk melancarkan kudeta dan membalikkan kemenangan Lula atas dirinya dalam pemilu 2022.
"Cabang kekuasaan kehakiman di Brasil bersifat independen. Presiden republik tidak memiliki pengaruh apa pun," kata Lula.
Dia menyatakan bahwa Bolsonaro: "tidak diadili secara pribadi, (tetapi) diadili berdasarkan tindakan yang ia coba gunakan untuk mengorganisir kudeta".
Sebelumnya, AS memperingatkan Brasil bahwa negara itu akan dikenakan tarif yang lebih tinggi jika terus melanjutkan kiprahnya sebagai anggota utama BRICS, sebuah koalisi negara-negara berkembang yang berupaya mempromosikan alternatif bagi sistem keuangan global yang didukung AS.
Trump telah menyerang kelompok tersebut karena "prioritas anti-Barat" dan mengancam akan mengenakan tarif yang lebih tinggi bagi negara mana pun yang terlibat dengan blok tersebut.
Di Amerika Latin, di mana AS memiliki sejarah panjang keterlibatan yang keras dalam urusan dalam negeri berbagai negara, ancaman Trump dan penggunaan pengaruh ekonomi AS secara blak-blakan telah memicu kemarahan.
"Brasil harus mengurus Brasil dan mengurus rakyat Brasil, dan tidak boleh mengurus kepentingan pihak lain," kata Lula.
"Brasil tidak akan menerima apa pun yang dipaksakan padanya. Kami menerima negosiasi, bukan pemaksaan,” tambahnya.
(Febrina Ratna Iskana)