ECONOMICS

Produksi CPO dan PKO RI Turun, Pengusaha Kelapa Sawit Ungkap Penyebabnya

Tangguh Yudha 07/03/2025 07:25 WIB

Produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) nasional sebesar 3.876 ribu ton di Desember 2024.

Produksi CPO dan PKO RI Turun, Pengusaha Kelapa Sawit Ungkap Penyebabnya. (Foto Tangguh/MPI)

IDXChannel - Produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) nasional sebesar 3.876 ribu ton di Desember 2024. Jumlah ini lebih rendah 10,55 persen dibandingkan dengan produksi November 2024 yang mencapai 4.333 ribu ton.

Produksi minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) juga turun menjadi 361 ribu ton dari 412 ribu ton pada November 2024.

Dengan demikian, produksi CPO pada 2024 mencapai 48.164 ribu ton, sedangkan PKO sebesar 4.598 ribu ton. Secara total, total produksi CPO dan PKO 2024 mencapai 52.762 ribu ton yang lebih rendah 3,80 persen dari produksi 2023 sebesar 54.844 ribu ton.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, penurunan tersebut terjadi imbas dari kenaikan harga minyak sawit akibat beberapa hal, misalnya karena terbatasnya pasokan yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan tanaman, penurunan ekspor, serta menurunnya stok minyak nabati di pasar internasional.

“Harga minyak sawit dan minyak nabati utama lainnya mengalami kenaikan karena lambatnya pertumbuhan pasokan minyak sawit akibat age profile yang cenderung menua, turunnya output minyak bunga matahari akibat kekeringan dan rendahnya stok kanola," kata Eddy dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Kamis (6/3/2025).

Dengan adanya kenaikan harga CPO ini, kata dia, justru bisa mendatangkan tantangan sendiri bagi industri kelapa sawit. Dengan harga CPO yang tinggi bukan tidak mungkin membuat konsumen beralih ke minyak nabati lain seperti yang terjadi di India, di mana konsumen beralih dan sulit untuk ditarik kembali untuk mengonsumsi minyak sawit.

"Harga minyak sawit ini sekarang sudah lebih tinggi dari minyak nabati lain. Artinya bahwa sawit ini sekarang sudah menjadi minyak premium. Ini justru buat kita ini menjadi tantangan. Nah, yang kita khawatir adalah, kalau konsumen itu sudah beralih ke minyak nabati lain, untuk kembali lagi ke sawit, rasanya itu butuh effort lagi yang cukup besar," ujar dia.

Dia menerangkan, dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi dan konsumsi dalam negeri khususnya kebijakan penggunaan biodiesel serta mempertimbangkan kecenderungan harga serta supply dan demand minyak nabati dunia, produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 53,6 juta ton, konsumsi diperkirakan mencapai 26,1 juta ton termasuk untuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton.

Dengan perkiraan tersebut, ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton yang lebih rendah dari ekspor 2024 sebesar 29,5 juta ton.

(Dhera Arizona)

SHARE