Produsen Gula Dubai Investasi di RI, Kemenperin: untuk Penuhi Kebutuhan Domestik
Produsen gula Dubai akan memenuhi dua kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan akan gula, dan kebutuhan energi khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
IDXChannel - Masuknya investor asal Dubai ke Indonesia yang juga termasuk sebagai salah satu produsen gula terbesar ke 5 di Dunia akan memenuhi dua kebutuhan sekaligus, pertama kebutuhan akan gula, dan kebutuhan energi khususnya di Sulawesi Selatan dan Kawasan Timur Indonesia.
Plt. Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika mengatakan pihaknya siap untuk memfasilitasi rencana investasi tersebut. Menurutnya selain memproduksi gula pabrik ini juga akan memproduksi sumber energi alternatif dari produk samping pengolahan gula tebu.
"Hasil samping proses produksi gula tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan antara lain bioetanol untuk subtitusi BBM dari minyak bumi, dan biomassa dari bagas tebu sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik," ujar Putu Juli Ardika, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/11/2021).
Putu Juli menjelaskan nantinya investasi AKS di Indonesia akan dapat membantu pemenuhan gula dalam negeri, mendukung substitusi impor dan memproduksi energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
"Karena dia besar investasinya, dia mau memproduksi sekitar 750.00 ton per tahun. Dia sangat tertarik dan kita sedang membuat langkah-langkahnya supaya dia bisa berinvestasi," lanjutnya.
Untuk dapat memproduksi tebu sebanyak 750.000 ton pertahun menutut Putu Juli membutuhkan sekitar Rp100 ribu hektar lahan tebu. Saat ini, lahan yang diproyeksikan untuk ditanami tebu itu terdapat di Sulawesi.
"Biomassa merupakan produk samping gula dengan jumlah mencapai 30% dari setiap produksi gula. Etanol ini terbuat dari produk samping proses gula yang bernama molasis dengan jumlah sebesar 4%," pungkasnya.
Putu menambahkan, etanol berperan untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Umumnya untuk kendaraan roda empat sudah bisa menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol 20%, sementara kendaraan roda dua 10%. Di dalam negeri sendiri, kebutuhan etanol masih sangat besar dan belum dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Sejalan dengan rencana investasi AKS, pemerintah pun berkeinginan untuk menjadikan industri gula nasional dapat menerapkan teknologi Industri 4.0 dan lebih lebih ramah terhadap lingkungan.
Melalui teknologi industri 4.0 atau digitalisasi, akan terjadi efisiensi yang pada gilirannya akan memberi nilai tambah bagi produk-produk Indonesia, termasuk gula.(TIA)