ECONOMICS

Proyek Infrastruktur Bawah Tanah Masih Kekurangan Tenaga Ahli Kompeten Bersertifikat

Iqbal Dwi Purnama 01/11/2025 23:11 WIB

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan, pengerjaan proyek terowongan bawah tanah masih menghadapi sejumlah tantangan.

Proyek Infrastruktur Bawah Tanah Masih Kekurangan Tenaga Ahli Kompeten Bersertifikat. (Foto Istimewa/Kementerian PU)

IDXChannel - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan, pengerjaan proyek terowongan bawah tanah masih menghadapi sejumlah tantangan. Hal itu terjadi mulai dari aspek teknis pekerjaan hingga kompetensi sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri.

Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PU Boby Ali Azhari mengatakan, pembangunan infrastruktur bawah tanah membutuhkan keahlian yang sangat spesifik dan berbeda dari bidang teknik sipil umum. Karena itu, peningkatan kompetensi dan sertifikasi tenaga ahli menjadi prioritas utama pemerintah.

"Kita membutuhkan insinyur dan tenaga ahli dengan spesialisasi tinggi. Kami telah menyiapkan program beasiswa magister spesialisasi di bidang struktur geologi dan terowongan untuk membangun generasi baru profesional terowongan," katanya dalam acara peluncuran Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI) di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).

Boby menerangkan, pihaknya juga memperkuat program sertifikasi tenaga konstruksi. Hingga Oktober 2025, tercatat 30 profesional telah tersertifikasi sebagai Ahli Madya Perencanaan Terowongan Jalan, dan 24 lainnya sebagai Insinyur Muda Perencanaan Terowongan Jalan.

"Sertifikasi ini menjadi bukti kompetensi dan kesiapan tenaga kerja nasional menghadapi proyek-proyek berteknologi tinggi," ujarnya.

Selain tenaga perorangan, Boby juga menekankan pentingnya sertifikasi bagi badan usaha jasa konstruksi. Tercatat hingga Oktober 2025, terdapat 34 perusahaan yang telah memperoleh Sertifikat Badan Usaha (SBU) untuk klasifikasi Konstruksi Terowongan (KIKI 104).

Pada kesempatan yang sama, Ketua Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia Weni Maulina menambahkan, asosiasi ini dibentuk sebagai forum komunikasi, kolaborasi, dan peningkatan kapasitas bagi para profesional, akademisi, maupun perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bawah tanah.

"Acara ini adalah inaugurasi pertama kali pembentukan masyarakat terowongan dan konstruksi bawah tanah Indonesia. Ini wadah bagi masyarakat di industri konstruksi yang bergerak di bidang perhubungan maupun pembangunan bawah tanah," ujarnya.

Selain tantangan teknis dan kapasitas SDM, dia berpendapat pengerjaan proyek infrastruktur bawah tanah di Indonesia menghadapi kendala dari aspek geologis. Kondisi struktur tanah menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan proyek.

"Masalah utama konstruksi bawah tanah pasti di teknis. Kondisi geoteknik dan geologis di Indonesia berbeda-beda. Jangan sampai terjadi longsor atau permasalahan struktural saat membangun," kata dia.

Ke depan, MTKBTI juga akan menyiapkan program pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi para pelaku industri, mengingat proyek ini memiliki prospek yang cukup baik dalam pengembangan infrastruktur perkotaan di tengah keterbatasan lahan.

"Kami ingin menghubungkan insinyur lokal dengan insinyur mancanegara di kawasan Asia Tenggara. Dengan begitu, kemampuan insinyur kita bisa meningkat lewat komunikasi dan berbagi pengalaman," ujar dia.

(Dhera Arizona)

SHARE