Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2022 Masih Dibayangi Varian Baru Covid-19
Ekonom menyebut ekonomi Indonesia di diproyeksikan tumbuh 3 - 4,5% pada tahun 2022 secara year on year.
IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan ekonomi Indonesia di diproyeksikan tumbuh 3 - 4,5% pada tahun 2022 secara year on year.
Meski demikian menurut Bhima angka tersebut bisa lebih rendah mengingat WHO yang belum lama mengumumkan temuannya terhadap mutasi virus Covid-19 yang berada di wilayah Afrika Selatan (Afsel).
Menurutnya jika penyebaran varian baru membuat pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk membatasi kegiatan masyarakat dengan penerapan PPKM level 4 kembali, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
"Kalau efek varian covid baru nya membuat pemerintah harus lakukan pengetatan mobilitas maka pertumbuhannya dibatas bawah 3% yoy," ujar Bhima kepada MNC Portal, Sabtu (27/11/2021).
Untuk itu Bhima menghimbau kepada pemerintah untuk mengambil langkah antisipatif dengan menutup akses masuk dari luar negeri khususnya Afsel seperti yang sudah dilakukan beberapa negara lainnya.
"Setiap ada varian baru tentu meningkatkan risiko naiknya kasus harian covid19 di Indonesia, tapi tergantung dari antisipasi dan respon pemerintah. sebaiknya untuk wisman atau WNA dari Afrika selatan sementara di tutup dulu," sambung Bhima.
Selain itu Bhima menambahkan booster bagi pekerja yang rentan seperti pegawai hotel, transportasi, bandara dan nakes harus di prioritaskan mendapatkan antibodi untuk lebih siap menghadapi varian baru.
"Kalau antisipasi pemerintah cepat maka efek ke pertumbuhan ekonomi 2022 tidak akan sampai membuat PPKM ketat lagi," kata Bhima.
Disamping itu menurutnya pada bulan April 2022 pemerintah juga telah memberlakukan kenaikan tarif PPN menjadi 11% yang tentunya akan membuat penurunan konsumsi masyarakat terhadap sektor ritel.
"Tapi ada kebijakan pemerintah yang hambat salah satunya kenaikan tarif PPN menjadi 11% per April 2022, itu mengurangi penjualan sektor ritel, kemudian inflasi yang terlalu tinggi juga berefek negatif ke daya beli kelas menengah," pungkas Bhima.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat kemarin mengklasifikasi varian B11529 yang muncul di Afrika Selatan sebagai SARS-CoV-2 varian yang diwaspadai.
Infeksi di Afrika Selatan melonjak drastis dalam beberapa pekan terakhir, bersamaan dengan temuan varian yang dinamai sebagai omicron. Menurut WHO, tes PCR saat ini masih dapat mendeteksi varian tersebut. (NDA)