ECONOMICS

PTBA Belum Punya Mitra Baru, Begini Nasib Proyek Gasifikasi Batu Bara Era Jokowi

Atikah Umiyani 30/09/2024 13:32 WIB

PTBA buka-bukaan terkait kabar terbaru proyek Gasifikasi Batu Bara. Dia mengatakan hingga kini pihaknya belum mendapatkan mitra baru usai Air Product hengkang.

PTBA Belum Punya Mitra Baru, Begini Nasib Proyek Gasifikasi Batu Bara Era Jokowi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Komisaris Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Irwandy Arif, buka-bukaan terkait kabar terbaru proyek Gasifikasi Batu Bara. Dia mengatakan hingga kini pihaknya belum mendapatkan mitra baru usai perusahaan asal Amerika, Air Products and Chemical Inc hengkang dari proyek tersebut.

Air Product sebelumnya sempat bergabung dengan konsorsium PTBA dan Pertamina untuk mengerjakan proyek tersebut. Selain itu, ada PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang juga terlibat mengerjakan proyek gasifikasi batu bara.

Lebih lanjut, Irwandy mengatakan belum adanya mitra baru karena proyek tersebut masih dalam tahap penjajakan awal dengan berbagai perusahaan potensial.

"Belum. Belum ada tanda-tanda (pengganti Air Products)," tutur Irwandy ketika ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (30/9/2024). 

Irwandy juga menyebut belum ada kesepakatan apapun dengan China yang sebelumnya digadang-gadang tertarik untuk berinvestasi di proyek hilirisasi batu bara di Indonesia ini. 

"Enggak ada. Kalau DME belum ada. baru penjajakan yang sangat awal. Masih karena proses baru awal sekali," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan pihaknya masih melakukan proses dengan beberapa investor untuk proyek hilirisasi batu bara yang sempat digaungkan oleh pemerintah.

"Untuk melakukan investasi itu kita juga harus melihat dari sisi keekonomiannya. Jangan sampai sisi keekonomiannya mengganggu keuangan dari PTBA," ujar Arsal dalam acara Press Conference Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PTBA Tahun Buku 2023 di Jakarta, Rabu (8/5/2024) lalu.

Lebih lanjut, pihaknya tengah melakukan kajian khusus berkaitan dengan teknologi untuk memproses batu bara menjadi DME tersebut. 

"Kita harus melalukan kajian hati-hati tapi program pemerintah untuk hilirasinya kita tetap mendukung dari sisi sumber daya batu baranya kita punya banyak cuma teknologi untuk memproses batu bara menjadi hilirisasi ya untuk apa nanti kita sedang kita lalukan kajian," kata Arsal.

Adapun, Presiden Joko Widodo (Jojowi) telah melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek hilirisasi baru bara menjadi dimetil eter (DME) pada 24 Januari 2022 di Kawasan Industri Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Jokowi menyebut proyek tersebut dapat mengurangi memperbaiki neraca transaksi berjalan karena Indonesia bisa mengurangi impor LPG.

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kala itu, Bahlil Lahaladia, dalam laporannya menyampaikan, rata-rata impor LPG Indonesia dalam setahun menjadi 6-7 juta metrik ton. Dengan adanya gasifikasi, dapat menghemat sekitar Rp6-7 triliun untuk setiap tonnya.

“Hasil output daripada gasifikasi ini untuk mengurangi impor kita. Di dalam perhitungan kami setiap 1 juta ton hilirisasi kita bisa melakukan efisiensi kurang lebih sekitar Rp6-7 triliun, itu efisiensi dari subsidi.  Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi untuk melahirkan substitusi impor,” ujar Bahlil dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet, Rabu (24/9/2024).

Proyek tersebut merupakan kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Pertamina, dan investor asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemical Inc. Namun, perusahaan asing tersebut memutuskan mundur dari proyek gasifikasi batu bara.

Bahlil menyampaikan, proyek dengan nilai investasi sebesar Rp33 triliun tersebut akan dikerjakan dalam waktu 30 bulan.

“Investasi ini full dari Amerika (Serikat), bukan dari Korea (Selatan), bukan dari Jepang, bukan juga dari China. Jadi sekaligus penyampaian bahwa tidak benar kalau ada pemahaman negara ini hanya fokus investasi (dari) satu negara,” kata dia waktu itu.

(Febrina Ratna)

SHARE