Pusat Data Jadi Investasi Unggulan di ASEAN, Malaysia dan Vietnam Lokasi Utama
Investasi pada sektor pusat data di Asia Tenggara menyumbang 52 persen dari total investasi di Asia Pasifik. Malaysia dan Vietnam telah menjadi lokasi utama.
IDXChannel - Perusahaan konsultan real estat global JLL menerbitkan data investasi real estate di kawasan Asia Pasifik sepanjang kuartal II-2024. Menariknya, pusat data menjadi sektor yang menonjol, khususnya di Asia Tenggara.
Investasi pada sektor pusat data di Asia Tenggara menyumbang 52 persen dari total investasi di Asia Pasifik. Malaysia dan Vietnam telah menjadi lokasi utama untuk investasi pusat data.
Hal itu dipengaruhi harga tanah, tenaga kerja, dan listrik yang lebih rendah dibandingkan Singapura. Sehingga investor bisa meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing pusat data.
Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence, Asia Pacific JLL mengatakan secara umum, investasi real estate di kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh suku bunga. Sehingga isu Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga pada September memberi harapan biaya pinjaman di beberapa pasar di kawasan ini akan ikut turun.
"Ditambah dengan perkembangan pesat di sektor pusat data Asia Tenggara dan kebijakan moneter yang lebih mendukung, kami semakin optimis melihat prospek investasi real estat komersial di kawasan ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (14/8/2024).
Adapun volume investasi lintas negara di Asia Pasifik mencapai USD3,6 miliar di kuartal II-2024. Sementara itu, pada semester I-2024 mencapai USD7 miliar, turun 38 persen secara tahunan (YoY). Hal itu dipengaruhi sebagian besar pasar yang didominasi oleh investor domestik.
Untuk investasi lintas negara cenderung mengarah ke sektor perhotelan. Bahkan, semua aktivitas investasi lintas negara di Jepang pada kuartal II-2024 masuk ke sektor tersebut.
Pada kuartal II-2024, China dan Hong Kong menjadi pasar yang didominasi oleh investor domestik, dan hampir tidak ada investasi dari luar negeri. Itu lantaran turunnya ekonomi China dan situasi geopolitik membuat investor asing mengambil pendekatan wait and see.
Singapura dengan nilai investasi USD1,9 miliar dan Australia sebesar USD5,4 miliar mencatat pertumbuhan investasi tahunan masing-masing sebesar 31 persen dan 73 persen. Di Singapura, penjualan strata mendominasi transaksi kantor, dengan penyewa dan kantor keluarga aktif mencari peluang investasi.
Namun, aktivitas investasi institusional di Singapura tetap relatif lesu karena kurangnya likuiditas pasar. Di Australia, alokasi modal untuk aset kantor dan industri mengalami rebound, didorong oleh sejumlah penjualan institusional besar, dengan volume industri mencapai level kuartalan tertinggi sejak kuartal IV-2021, dan sektor kantor pada level tertinggi sejak kuartal III-2022.
Sementara itu, Korea Selatan mencatat penurunan 5 persen pada volume investasi di semester I-2024, setelah volume investasi di kuartal II-2024 hanya mencapai USD3,5 miliar. Volume investasi di sektor perkantoran dan logistik masih terlihat lesu karena para investor mengambil sikap hati-hati meskipun jumlah properti yang terdaftar di pasar semakin meningkat.
(Febrina Ratna)