ECONOMICS

Realisasi Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lebih Tinggi dari Tawaran Jepang

Azhfar Muhammad 17/10/2021 10:41 WIB

Biaya pembangunan infrastruktur PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) dikabarkan lebih membengkak dibanding harga tawaran negara Jepang.

Biaya pembangunan infrastruktur PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) dikabarkan lebih membengkak dibanding harga tawaran negara Jepang. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Akhir-akhir ini geger diperbincangkan soal projek infrastruktur terkait pembangunan PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC)  dikabarkan biaya pembangunan infrastrukturnya lebih membengkak dibanding harga tawaran negara Jepang.

Sebelumnya, Pemerintah menyebut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak sekitar USD1,6 miliar atau setara Rp 22,58 triliun (kurs Rp 14.117 per dolar AS).

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung pertama kali diajukan Jepang dengan nilai investasi mencapai USD6,2 miliar, dimana 75 persennya dibiayai oleh Jepang berupa pinjaman bertenor 40 tahun dengan bunga 0,1 persen per tahun.

Sebelumnya biaya pembangunan dipatok USD 6 miliar atau sekitar Rp 85,2 triliun. Tapi saat ini biaya pembangunan sudah menyentuh USD7,97 miliar atau sebesar Rp 113,1 triliun.

Dari informasi yang dihimpun dari Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo, proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi sorotan setelah adanya laporan dari lembaga riset AS AidData yang menyebut pembangunan menggunakan hidden debt yang sistemnya menggunakan skema business to business.

Pada awalnya China menawarkan pinjaman USD 5,5 miliar lebih murah dari penawaran Jepang. Bahkan dengan jangka waktu 50 tahun dengan bunga 2% per tahun.

Kemudian China juga menawarkan skema investasi 40% di bawah kepemilikan China dan 60% kepemilikan lokal. Hal inilah yang membentuk konsorsium BUMN PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).Berikut perbedaan penawaran China dan Jepang yang dikutip dari buku yang diterbitkan KCIC bertajuk "Kereta Cepat Jakarta-Bandung".

Adapun perbedaan dari isi proposal antara negara China dan Jepang yang diberikan kepada pemerintah dalam buku yang diterbitkan KCIC pada tahun 2018 lalu dan dikutip oleh MNC Portal Indonesia, Minggu (17/10/2021)  

Isi Penawaran Konsorsium antara China dan Indonesia:

-Nilai penawaran Sebesar USD5,13 miliar
-Komitmen pemerintah: Tak ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari APBN dan subsidi tarif, dan pembengkakan biaya menjadi tanggung jawab joint venture company (JVC).
-Konsep bisnis:  Berbentuk JVC, Indonesia memegang saham 60 persen dan China 40 persen
-Pengadaan lahan: Tak ada kewajiban pemerintah untuk pembebasan tanah
-Kandungan lokal: 58,6 persen
-Penciptaan lapangan kerja baru: Masa konstruksi 39 ribu orang per tahun. Pekerja China yang dipekerjakan selama masa konstruksi terbatas pada tenaga ahli dan supervisor
-Teknologi: Teknologi Siemens yang dikembangkan di China sejak 2003
-Pengalihan teknologi: Melalui pembangunan pabrik rolling stock di Indonesia


Isi Penawaran Konsorsium antara Jepang dan Indonesia:

-Nilai penawaran: USD6,2 miliar
-Komitmen pemerintah: Ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari APBN dan subsidi tarif, serta pembengkakan biaya ditanggung pemerintah
-Konsep bisnis: Engineering, procurement, and construction (EPC)
-Pengadaan lahan: Ada kewajiban pemerintah untuk pengadaan dan pembebasan lahan
-Kandungan lokal: 40 persen
-Penciptaan lapangan kerja: Masa konstruksi sebanyak 35 ribu orang per tahun dan ada tenaga kerja dari Jepang
-Teknologi: Sejak 1964 kereta cepat yang dikembangkan di Jepang sesuai dengan kebutuhan kondisi iklim empat musim, teknologi bersifat tertutup
-Pengalihan teknologi: Tak ada program alih teknologi yang jelas. (TIA)

SHARE