Rencana Pemerintah RI Membentuk Grup Negara Penghasil Nikel Dinilai Sulit
Ada perbedaan yang harus dipahami jika Indonesia ingin membuat grup negara penghasil nikel dengan OPEC.
IDXChannel - Analis industri Wood Mackenzie, Andrew Mitchell, menilai rencana Pemerintah Indonesia untuk membentuk organisasi untuk mengendalikan produksi dan harga nikel merupakan hal yang sulit. Menurutnya, produksi nikel dikuasai oleh swasta, bukan pemerintah.
Proposal yang dibuat Menteri Investasi tersebut akan dibicarakan dengan Kanada pada Kamis minggu ini, berisi rencana membentuk organisasi yang menyerupai OPEC agar negara yang memproduksi nikel memaksimalkan keuntungan mereka dengan cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kebijakan nikel.
Andrew menilai ada perbedaan yang harus dipahami jika Indonesia ingin membuat grup negara penghasil nikel dengan OPEC.
Perusahaan-perusahaan minyak di negara anggota OPEC dikuasai oleh pemerintah setempat dan bukan dimiliki oleh swasta.
Sementara, di negara yang perusahaan minyaknya dimiliki oleh swasta, seperti Nigeria, misalnya, pemerintah memberikan kontrak dengan perusahaan swasta dan produksi minyak dapat disesuaikan.
"Di OPEC, produksi minyak pada dasarnya adalah bisnis yang dikelola 'negara'... produksi dapat ditingkatkan atau diturunkan oleh kelompok yang relatif kecil untuk mempengaruhi situasi global," kata Andrew melansir Reuters, Senin (21/11/2022).
"Dalam nikel itu berbeda, meskipun Indonesia jelas menguasai banyak produksi, ada banyak produsen besar di tempat lain," tambah Andrew.
Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan antara Indonesia dan Kanada mengatakan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengungkap Kanada menghasilkan 130.000 ton nikel pada 2021 dan tidak mungkin untuk bergabung dalam organisasi 'seperti OPEC'.
Indonesia diprediksi mampu memproduksi nikel sebesar 1,25 juta hingga 1,5 juta ton pada 2022, jumlah tersebut mencakup lebih dari 40% produksi tambang dunia yang mencapai 3 juta hingga 3,2 juta ton.
Produksi sebagian besar nikel di Indonesia dikuasai oleh perusahaan yang berasal dari China, seperti Tsingshan Holding Group, CNGR Advanced Material, dan Zhejiang Huayou Cobalt.
Bahan mentah nikel global sebagian besar digunakan untuk membuat baja tahan karat yang pabriknya berlokasi di China.
Selain digunakan untuk membuat baja, belakangan ini penggunaan nikel dalam pr
oduksi baterai kendaraan listik juga meningkat.
Penggunaan nikel tersebut hampir mencapai 15% pada tahun ini dan diprediksi akan mencapai 20% pada 2025 serta 35% pada 2030. (NIA)
Penulis: Ahmad Dwiantoro