Resesi Global Ancam Keberlangsungan Bisnis Properti
Resesi global imbas kenaikan inflasi yang tinggi di banyak negara bakal mengancam banyak bisnis dan industri khususnya properti.
IDXChannel - Resesi global imbas kenaikan inflasi yang tinggi di banyak negara bakal mengancam banyak bisnis dan industri khususnya properti.
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan, ancaman resesi akan menjadi tantangan berat bagi industri properti ke depan.
Disatu sisi, harga properti mengalami peningkatan akibat adanya kenaikan bahan baku seperti material, tapi daya beli masyarakat terancam akibat adanya pelemahan ekonomi.
"Sektor properti tentu akan berpengaruh, tetapi kondisi di Indonesia berbeda dengan negara lain, kalau terpengaruh (dari daya beli masyarakat), iya, tetapi kan kita ada backlog," imbuhnya, Rabu (12/10/2022).
Namun demikian, ia memperkirakan penurunan bisnis properti dalam negeri terjadi akibat masih adanya backlog perumahan karena daya beli masyarakat yang turun.
"Kalau menurut saya akan menahan diri dari ekspansi dulu, Indonesia memang kebutuhan (rumah) ada, tetapi tidak secepat yang ada di kondisi normal," sambung Totok.
Adapun daya beli masyarakat terkoreksi sejak pandemi khususnya pembelian properti kelas menengah keatas. "Masyarakat Berpenghasilan Rendah pun terkoreksi, ada kekurangan dari kemampuan yang ada, kalau dulu misal produktivitas mereka tinggi, sekarang misal seminggu hanya 3 hari, itukan bakal terkoreksi kemampuannya," lanjutnya.
Melihat kondisi tersebut, Totok menyebut para pengembang sudah mempunyai strategi, salah satunya membangun rumah yang sesuai dengan kantong masyarakat. Yakni menyesuaikan kenaikan harga material bangunan, harga BBM yang menjadi pengangkut material tersebut dan lainnya.
"Sehingga saat ini kita naiknya average masih dibawah 3%, kenaikan harga properti, kenaikan itu karena dipengaruhi oleh ekonomi makro, bukan hanya suku bunga, tetapi ada kenaikan harga BBM," sambungnya.
"Saat ini jual properti tidak seperti jual consumer goods misalnya harga hari ini naik, properti tidak bisa, developer bisa tidak laku, jadi kehati-hatian ini perlu kita kontrol bersama," kata Totok.
Agung (30) seorang pegawai swasta yang tengah menjalani Kredit Perumahan Rakyat (KPR) di Bekasi, Jawa Barat, juga mengkhawatirkan kondisi perekonomian yang dibacanya. Sebab, salah satu penyebab resesi adalah tingginya tingkat inflasi, otomatis mengendalikannya adalah dengan menaikan suku bunga bank sentral.
Terlebih kebijakan suku bunga bank Indonesia ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga bank sentral Amerika. Sehingga Agung khawatir ketika bank Indonesia menaikan suku bunga, tentu akan berpengaruh terhadap pada bunga cicilan KPR yang dibayarkannya.
"Sempet kepikiran sih (biaya cicilan bakal naik), ga jadi deh saya beli mobil," pungkasnya.
(DES)