Resesi Mengancam, Tren Surplus Neraca Perdagangan RI Masih Berlanjut Tahun Depan?
BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Oktober 2022 secara keseluruhan surplus USD45,52 miliar.
IDXChannel - Kinerja positif neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020 hingga Oktober 2022 menunjukkan ekonomi domestik mampu menjaga ketahanan eksternal.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Oktober 2022 secara keseluruhan surplus USD45,52 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama 2021 sebesar USD30,90 miliar.
Namun, akankah tren surplus ini berlanjut tahun depan?
Lembaga riset ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada 2023 mengalami penurunan yang cukup tajam yang dipicu menurunnya ekspor.
Hal ini diprediksi akibat menurunnya tingkat permintaan global. Namun, tidak dengan impor.
"Menurunnya jumlah ekspor terjadi karena menurunnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV, dan tahun depan (penurunan ekonomi) bagi negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat (AS), China dan Eropa," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, dalam webinar yang dikutip Selasa (29/11/2022).
World Trade Organizaation (WTO) juga telah memproyeksikan jumlah ekspor global hanya akan meningkat 1% pada 2023.
Terdapat beberapa komoditas ekspor yang diperkirakan mengalami penurunan, seperti tekstil dan alas kaki yang biasanya diekspor ke negara-negara maju. Selain produk tekstil dan alas kaki, produk berupa makanan dan minuman diperkirakan juga akan mengalami penurunan.
Di sisi lain, aktivitas impor diprediksi masih kuat. Kuatnya aktivitas impor karena adanya permintaan domestik dari aktivitas sektor manufaktur di triwulan III 2022 yang meningkatkan jumlah permintaan bahan baku.
Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya surplus perdagangan Indonesia, karena menurunnya jumlah ekspor sedangkan tren impornya stagnan.
Rekam jejak ekspor Indonesia selama 2022 cukup membanggakan walaupun sempat mengalami penurunan pada triwulan I dan III.
Penurunan tersebut terjadi karena adanya larangan ekspor batu bara pada januari 2022 atau pada triwulan I dan menurunnya harga beberapa komoditas, seperti minyak mentah, bijih besi, nikel dan minyak kelapa sawit pada triwulan III.
Sementara itu, terjadi tren positif pada triwulan II 2022 yang ditandai dengan menguatnya kinerja ekspor Indonesia. Peningkatan tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah ekspor dan naiknya harga komoditas batu bara dan minyak mentah.
Meningkatnya jumlah ekspor dan naiknya harga komoditas energi karena naiknya jumlah permintaan dari Eropa yang dilanda krisis energi akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina. (NIA)
Penulis: Ahma Dwiantoro