ECONOMICS

RI-China Jajaki Peluang Kerja Sama Bangun Tanggul Laut Banten-Ancol

Iqbal Dwi Purnama 26/09/2024 11:20 WIB

KemenPUPR menjajaki peluang kerja sama pembangunan pemecah gelombang dan berbagai macam struktur tanggul laut dengan Nanjing Hydraulic Research Institute.

RI-China Jajaki Peluang Kerja Sama Bangun Tanggul Laut Banten-Ancol. (Foto Kementerian PUPR)

IDXChannel - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjajaki peluang kerja sama pembangunan pemecah gelombang (breakwaters) dan berbagai macam struktur tanggul laut (sea dikes) dengan Nanjing Hydraulic Research Institute (NHRI) di China.

NHRI akan mereview data dan kajian basic design yang sudah tersedia yang disusun oleh tim ahli Korea Selatan, Belanda dan tim Kementerian PUPR terkait rencana pembangunan tanggul laut dari Banten-Ancol.

Dalam diskusi ini, Basuki menekankan pentingnya dibuat model fisik sea dikes dengan memanfaatkan Laboratorium Sumber Daya Air di Bandung dan Laboratorium Pantai di Bali Utara.

"Hal ini merupakan transfer of knowledge dari China ke Indonesia. Adapun rencana pembiayaan akan menggunakan skema loan," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Kamis (26/9/2024).

Breakwaters tradisional biasanya terbuat dari batu pecah yang dihasilkan dari peledakan gunung, memerlukan waktu lama untuk dibangun dan rentan terhadap kerusakan akibat badai. NHRI mengembangkan inovasi baru berupa breakwaters berbentuk caisson, desain atas menyerupai angka delapan dan bagian bawah elips, yang akan ditanam dalam tanah cukup dalam.

Inovasi ini sudah diterapkan di Provinsi Jiangsu, China, sepanjang 27 km. Inovasi baru ini lebih berat dan tahan terhadap gelombang, memungkinkan waktu konstruksi tiga kali lebih cepat dan penghematan biaya hingga 30 persen.

Selain untuk pemecah gelombang, struktur ini juga dapat digunakan untuk revetment sungai dan sedang dikembangkan untuk kincir angin.

Perekayasa Ahli Utama Kementerian PUPR Arie Setiadi mengatakan, Pantai Utara Jawa menghadapi ancaman tenggelamnya area pesisir dengan laju penurunan tanah 15-16 cm per tahun dan masalah tanah lunak yang signifikan.

"Saat ini echosounding dilakukan untuk mengumpulkan data batimetri dan investigasi tanah dalam perancangan sea dikes sepanjang 22 km dari Bekasi ke Tangerang," kata Arie.

Lebih lanjut, kata dia, proyek ini dirancang secara terintegrasi dengan tanggul laut yang berfungsi ganda sebagai jalan raya untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, dan sebagai bendungan estuari untuk menjadi tampungan air tawar. 

"Namun, perlu perbaikan sanitasi masyarakat terlebih dahulu, karena ada 13 sungai yang bermuara di area tersebut, agar tanggul tidak menjadi septic tank," ujar Arie.

(Dhera Arizona)

SHARE