RI Penyumbang Emisi Terbesar ke-5 di Antara Negara G20
Anggota negara G20 menghasilkan 72% emisi dari total emisi dunia.
IDXChannel - Indonesia berkomitmen peralihan ke energi bersih untuk mendukung net zero emission pada 2060. Adapun emisi yang dihasilkan Indonesia memang cukup tinggi. Sebut saja, di antara negara G20, RI menempati urutan ke-5.
Direktur Riset INDEF, Berly Martawardaya, menerangkan anggota negara G20 menghasilkan 72% emisi dari total emisi dunia. Ini merupakan angka yang sangat besar dan menunjukkan bahwa G20 menjadi konferensi yang strategis dalam menyelesaikan masalah iklim.
Dari 20 anggota G20, Indonesia menempati urutan ke-5 dalam hal penghasil emisi dan Indonesia merupakan negara yang pertumbuhan emisinya paling tinggi dalam periode 2015-2020.
"Dari 20 negara (G20), Indonesia menempati urutan ke lima ya dan termasuk yang pertumbuhannya paling tinggi," papar Berly dilansir YouTube Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Senin (28/11/2022).
Dengan masih berlangsungnya pembangunan, Indonesia masih belum bisa menghentikan produksi emisi.
Di satu sisi, energi terbarukan Indonesia menempati peringkat ke-17, unggul dari Afrika Selatan dan Saudi Arabia.
Sementara dalam hal share energi terbarukan, Indonesia menempati peringkat ke 19 dengan angka 15,1% yang mana Indonesia memiliki target mencapai angka 23% pada 2025.
"Dalam share energi, lagi-lagi Indonesia menempati peringkat paling bawah. Pada 2021 share nya sebesar 15% dan target 23% pada 2025 harus ditingkatkan karena kurang ambisius. Bahkan negara tetangga yang kurang maju seperti Brasil dan Afrika Selatan bisa lebih tinggi dari Indonesia," ujarnya.
Selama 2017-2021 transisi energi Indonesia hanya menempati peringkat 19, China peringkat pertama dan Berly berpandapat bahwa Indonesia harus bisa mengambil pelajaran dari China, bahkan Afrika Selatan bisa lebih tinggi dari Indonesia
Kecepatan transisi energi Indonesia paling bawah dengan minus 0,1% dan Australia paling atas. Dalam satu bulan ini, Australia telah menyetujui kerja sama dengan Singapura dalam kerja sama transisi energi dengan kabel yang melintasi Indonesia.
Berly mempertanyakan mengapa tidak Indonesia yang menjalin kerjasama dengan Australia. Padahal, lokasinya lebih dekat. (NIA)
Penulis: Ahmad Dwiantoro