sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ceritakan Jurus Tolak Hujan saat G20, Luhut: Tim TMC Pakai 29 Ton Garam 

Technology editor Heri Purnomo
25/11/2022 07:02 WIB
Menko Marves Luhut mengungkap teknologi pengendalian cuaca selama KTT G20.
Ceritakan Jurus Tolak Hujan saat G20, Luhut: Tim TMC Pakai 29 Ton Garam  (Dok.ist)
Ceritakan Jurus Tolak Hujan saat G20, Luhut: Tim TMC Pakai 29 Ton Garam  (Dok.ist)

IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang sekaligus Ketua Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara G20 menceritakan teknologi yang digunakan tim Teknik Modifikasi Cuaca untuk mengendalikan hujan di KTT G20 di Bali

Ia pun mengakui khawatir dengan potensi cuaca ekstrem beberapa hari menjelang pelaksanaan KTT G20 di Nusa Dua Bali. Hal itu karena musim hujan pada tahun 2022/2023 datang lebih awal dibandingkan normalnya yakni terjadi pada bulan September hingga November 2022.

Luhut bercerita bahwa saat dirinya mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau lokasi Gala Dinner Kepala Negara anggota dan tamu undangan KTT G20 di pelataran Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Bali, hujan mendadak turun begitu lebat. 

Sembari berteduh dan mendengarkan paparan dari koordinator acara khusus event Gala Dinner G20, Wishnutama Kusubandio, Luhut memerhatikan wajah Presiden Jokowi yang termenung melihat cuaca hari itu. 

"Tampaknya apa yang beliau pikirkan saat itu sama dengan yang saya pikirkan, kami ingin acaranya nanti berlangsung meriah dan semarak. Namun bagaimana jika hujan deras seperti ini malah turun di area GWK Cultural Park tanggal 15 November malam ketika acara berlangsung?" tulis Luhut melalui postingan instagram @luhut.pandjaitan dikutip Kamis (24/11/2022). 

Setelah mendampingi kunjungan Presiden, Luhut kemudian  mengadakan rapat bersama tim khusus yang terdiri dari BMKG, BRIN, TNI AU, Kementerian PUPR, dan Dr. Tri Handoko Seto, Pakar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk memastikan agar pada 15 November malam tidak ada hujan turun di GWK Cultural Park.

Selain tugas tersebut, Luhut mengatakan tugas lain yang tak kalah penting, yakni mengkondisikan cuaca agar tidak turun hujan ketika para kepala negara anggota G20 berjalan ke arah Bamboo Dome, yang terletak di outdoor area The Apurva Kempinski. Adapun pada Gala Dinner KTT G20 cuaca berlangsung cerah. 

"Ini menjadi buah manis dari kerja keras tim TMC yang dipimpin Dr. Seto.  Atas kerja hebat beliau dan seluruh tim TMC, saya hari ini bertemu menyampaikan rasa terima kasih dan mendengar cerita perjalanan beliau melakukan perburuan awan di langit Bali," katanya. 

Dari keberhasilan tersebut, Luhut bertanya kepada Dr. Seto, apakah TMC ini dimanfaatkan secara berkesinambungan untuk kegiatan-kegiatan lainnya. 

"Kemudian Dr Seto jawab bisa, tapi syaratnya harus all out. Baik dari sisi anggaran, regulasi di mana pesawat yang digunakan tidak boleh terbang di malam hari, dan lain-lain," cerita Luhut. 

Setalah mendengar jawaban tersebut, Luhur mengatakan bahwa selama ini anggaran di beberapa event pemerintah, memang TMC mendapat porsi anggaran yang paling kecil, padahal ini sangat penting. 

Seperti contohnya pada saat pelaksanaan Gala Dinner KTT G20 tersebut, ada 4 pesawat dari TNI AU yang ditugaskan dengan berbekal suplai data dari BMKG terkait titik mana saja yang berpotensi hujan. 

"Butuh kecermatan serta perhitungan yang matang untuk mengetahui ketebalan awan dan berapa jumlah garam yang harus ditabur. Ini semua diperlukan agar hujan yang terjadi tidak menyebar. Dan yang perlu diketahui, ada 11 penerbangan yang membawa 29 ton garam untuk melakukan Teknik Modifikasi Cuaca pada saat itu. Bisa dibayangkan berapa besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan operasi ini," katanya. 

"Karena itu saya sampaikan kepada Dr. Seto bahwa tidak sia-sia kami bertemu dengan beliau. Saya banyak belajar cabang sains dan teknologi baru, yaitu Teknik Modifikasi Cuaca yang dahulu bahkan belum pernah saya dengar, apalagi pelajari," tambahnya. 

Luhut mengatakan, TMC ini sangat saintifik dan bisa lain, misalnya dimanfaatkan untuk banyak hal lain, menanggulangi kebakaran hutan dan lahan, menurunkan hujan buatan untuk mengairi waduk sebelum musim kemarau tiba, mengantisipasi kekeringan, sampai untuk irigasi pertanian.

"Saya sampai pada satu kesimpulan bahwa sains dan teknologi sebesar ini perlu memiliki lembaga khusus yang menaungi Teknik Modifikasi Cuaca," kata Luhut. 

Luhut mengatakan bahwa dari penjelasan Dr.Seto bahwa, negara lain seperti Thailand punya lembaga khusus TMC dengan pertanggungjawaban kepada Raja. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement