ECONOMICS

RI Stop Ekspor Mineral Mentah, Bisa Tarik Investasi Masuk Rp303 Triliun

Athika Rahma 25/11/2021 12:37 WIB

Presiden Jokowi akan terus menghentikan ekspor mineral mentah, keputusan ini akan berdampak masuknya investor yang diperkirakan mencapai Rp303 triliun.

RI Stop Ekspor Mineral Mentah, Bisa Tarik Investasi Masuk Rp303 Triliun (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan terus menghentikan ekspor mineral mentah, keputusan ini akan berdampak positif dengan masuknya investor yang diperkirakan mencapai Rp303 triliun hingga 2023.

Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah cadangan dan produksi beberapa komoditas mineral Indonesia masuk 10 besar dunia.

Misalnya saja nikel, yang menempati posisi nomor satu dunia pada jumlah cadangan dan produksi. Menurut Menteri ESDM Arifi Tasrif, 23 persen cadangan nikel dunia ada di Indonesia.

"Menurut United States Geological Survey (USGS), cadangan nikel kita adalah nomor satu dunia, 23 persen cadangan nikel dunia ada di perut bumi Indonesia. Untuk produksi nikel juga Indonesia nomor 1. Kemudian ada bauksit yang menempati nomor 6 pada jumlah cadangan dan produksi dunia," ujarnya, ditulis Kamis (25/11/2021).

Selain itu, cadangan tembaga Indonesia menempati posisi 7 dan produksinya ada di posisi 12 dunia. Komoditi emas berada di posisi 5 pada potensi dan 6 pada produksi. Produksi timah Indonesia mencapai 17 persen dari cadangan dunia atau berada pada posisi kedua, begitu pula dengan produksinya.

Di samping komoditas-komoditas tersebut, Arifin juga mengungkapkan masih ada Logam Tanah Jarang dan Lithium yang potensinya sangat besar, namun belum dapat diproduksi karena Indonesia belum memiliki teknologi untuk memisahkan dan memurnikan.

Pada paparannya, Arifin juga mengatakan bahwa saat ini ada 19 unit smelter eksisting, 13 di antaranya adalah smelter nikel. Adapun telah direncanakan pembangunan 17 smelter lainnya, sehingga total smelter nikel nantinya menjadi 30 unit, dengan nilai investasi USD 8 miliar. Direncakan pada tahun 2023 ada 53 smelter yang beroperasi.

"Demikian juga dengan komoditas lainnya, antara lain bauksit, besi, tembaga, mangan, timbal, dan seng. Nanti diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD 21,28 miliar (setara Rp303 triliun)," ujar Arifin.

Pihaknya berharap, progresnya akan diakselerasi pada tahun 2022 karena pada tahun 2023 adalah batas waktu untuk izin ekspor konsentrat.

Adapun, kebutuhan listrik untuk 53 smelter tersebut mencapai 5,6 GW dan berada di seluruh wilayah Indonesia. Diperlukan infrastruktur yang baik untuk mendukung kebutuhan listrik tersebut.

"Ini tentu saja menjadi tantangan kita terutama tantangan ke depan, bagaimana kita bisa mendukung industri-industri ini dengan energi hijau. Kita perlu infrastruktur yang baik. Dan kebetulan juga, sumber-sumber energi bersih ini letaknya di wilayah timur," tutur Arifin. (RAMA)

SHARE