Risiko Resesi Terus Meningkat, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Diperkirakan Turun Lagi
Prospek ekonomi global gelap akibat guncangan bertubi-tubi, mulai dari pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina, dan perubahan iklim menjadi lebih buruk.
IDXChannel - Managing Director International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva mengatakan risiko resesi terus meningkat dan memicu ketidakstabilan keuangan.
Prospek ekonomi global gelap akibat guncangan bertubi-tubi, mulai dari pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina, dan perubahan iklim menjadi lebih buruk.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) akan menurunkan proyeksi terhadap pertumbuhan global proyeksi sebelumnya di 2,9% pada 2023.
"Kita sedang mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global, dari dunia yang relatif dapat diprediksi ke dunia dengan lebih banyak kerapuhan, ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering dan menghancurkan," katanya dalam pidato di Universitas Georgetown, mengutip laman SINDOnews, Jumat (7/10/2022).
Georgieva mengatakan tatanan lama yang ditandai kepatuhan pada aturan global, suku bunga rendah dan inflasi rendah, rentan membuat sebuah negara jatuh ke dalam kondisi yang semakin sulit.
Dia mengatakan semua ekonomi terbesar di dunia, yaitu Eropa, China, dan Amerika Serikat sekarang melambat mengurangi permintaan ekspor dari negara-negara berkembang yang sudah terpukul keras oleh harga pangan dan energi yang tinggi.
IMF akan menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 dari 2,9%, revisi penurunan keempat tahun ini, ketika merilis World Economic Outlook minggu depan.
Perang di Ukraina dan risiko ekonomi global akan mendominasi pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia minggu depan di Washington, yang mempertemukan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari seluruh dunia. IMF memperkirakan negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini atau tahun depan.
"Dan, bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik," katanya.
Secara keseluruhan, IMF memperkirakan output global menyusut sebesar USD4 triliun periode 2022-2026. (NIA)
Penulis: Nur Pahdillah