ECONOMICS

Rupiah Tembus Rp16.000, Kementerian PUPR Hitung Ulang Biaya Konstruksi

Iqbal Dwi Purnama 16/04/2024 13:11 WIB

Kementerian PUPR bakal mengkaji dan menghitung ulang biaya konstruksi. Setelah nilai tukar rupiah menembus Rp16 ribu. 

Rupiah Tembus Rp16.000, Kementerian PUPR Hitung Ulang Biaya Konstruksi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bakal mengkaji dan menghitung ulang biaya konstruksi. Setelah nilai tukar rupiah menembus Rp16 ribu. 

Tingginya nilai tukar rupiah itu bisa berdampak pada peningkatan biaya konstruksi proyek yang masih berlangsung. "Kan kita belum dengar analisanya dari Kemenkeu (dampak nilai tukar), kan kita lagi hitung ulang berbagai risiko ya, ini kita mitigasi semua ke situ," ujar Juru Bicara Kementerian PUPR. Endra S Atmawidjaja, saat ditemui usai acara halal bi halal di Kantor Kementerian PUPR, Selasa (16/4/2024).

Dia pun optimistis fenomena semacam ini sudah sempat ditemui beberapa waktu sebelumnya dan dapat dimitigasi dengan baik oleh pemerintah. 

Endra menjelaskan, jika berkaca pada fenomena serupa yang telah terjadi sebelumnya, maka saat ini pemerintah sudah menyiapkan skema yang sama untuk meredam dampak pelemahan rupiah terhadap sektor konstruksi. 

Salah satunya yaitu eskalasi atau peningkatan nilai kontrak sebuah proyek yang akan diajukan kepada Kementerian Keuangan untuk menutup pembengkakan biaya konstruksi akibat adanya pelemahan rupiah terhadap dolar AS. 

"Kan kita sudah beberapa kali ngalamin seperti itu ya, eskalasi kemudian juga skenario paling buruk, kita juga pernah alami, artinya kita sudah alamin semua lah, mudah-mudahan ini tidak (ada dampak buruk)," lanjut Endra. 

Sekedar informasi tambahan, mengutip RTI nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (16/4) berada diangka Rp16.159 atau menguat 0,47% jika dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. 

Sebelumnya, Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah ini terjadi di pasar internasional dan cukup wajar. Lemahnya rupiah berkaitan erat dengan data eksternal seperti inflasi di Amerika Serikat juga tensi geopolitik akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.

"Ini mengacaukan perekonomian global sehingga banyak masyarakat yang beralih ke dolar, sehingga dolarnya mengalami penguatan cukup tajam dan orang beralih berinvestasi di dolar meninggalkan mata uang yang melawan dolar, salah satunya rupiah, jadi sangat wajar kalau rupiah turun," kata Ibrahim lewat keterangan resminya. 

(FRI)

SHARE