Sebelum Tanam Modal, Pelaku Usaha Minta Tarif Listrik di IKN Lebih Murah
KADIN mengungkap para pelaku usaha yang ingin menanamkan modal di IKN berharap bisa mendapatkan insentif khusus.
IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengungkap para pelaku usaha yang ingin menanamkan modal di Ibu Kota Nusantara (IKN) berharap bisa mendapatkan insentif khusus berupa tarif listrik yang lebih rendah.
Wakil Ketua Komtap Promosi Sektoral, Bidang Investasi KADIN Hardini Puspasari mengatakan saat ini tarif listrik di IKN menjadi pertimbangan besar para pelaku usaha untuk memulai aktivitas ekonominya.
Disamping itu menurut Hardini ketersediaan tarif listrik yang murah juga akan mempercepat proses pengembangan dan pembangunan ibu kota baru tersebut.
"Pertama adalah masalah kelistrikan, bagaimana di IKN ini kita bisa menciptakan listrik yang murah, sehingga industri nanti disana bisa hidup, tetapi utamanya listrik yang harganya murah," ujar Hardini dalam Market Review IDXChannel, Senin (5/6/2023).
Hardini menilai antara Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita yang berada di angka USD4.783,9 atau setara Rp71,0 juta pertahun, dengan tarif harga listrik yang ada saat ini dinilai masih cukup tinggi. Terutama yang dirasakan oleh para IKM (Industri Kecil Menengah) untuk menghasilkan sebuah produk.
"Karena di Indonesia ini dengan GDP perkapita kita, dengan harga tarif dasar listrik masih sangat terlalu tinggi. Jadi saya berharap listrik yang utama di IKN ini bisa mempunyai fasilitas harga listrik yang murah," kata Hardini.
Disisi lain pembangunan IKN yang digagas untuk lebih ramah lingkungan, mulai dari pengolahan limbah hingga penggunaan energi, menjadi tantangan untuk menyediakannya dalam harga yang murah. Karena ongkos produksi energi yang ramah lingkungan saat ini juga masih lebih mahal dari pembangkit batu bara.
"Tetapi memang renewable energy kita masih belum successful, potensinya padahal sangat luar biasa dengan alam yang luar biasa seharusnya ini bisa dipergunakan," kata Hardini.
Mengutip data yang dirilis oleh Kementerian ESDM, saat ini listrik dari batubara memiliki harga yang lebih efisien alias paling murah namun punya dampak polusi yang terbesar.
Harga listrik dari batubara diperkirakan 1 Kwh itu sekitar Rp500 atau Rp600. Sedangkan untuk Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) biaya pokok produksinya Rp787 per Kwh.
Kemudian energi bersih selanjutnya menggunakan gas alam dengan harga sekitar Rp900 per Kwh. Menggunakan BBM memiliki harga kisaran Rp1.800 per kwh.
Kemudikan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (PLTM) jika digunakan siang dan malam harganya Rp2.500 hingga Rp3.000 per Kwh sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Saya berharap masalah kelistrikan di IKN ini yang paling utama harga, kalau harga itu bagus, kita bisa mendapatkan harga yang murah, sehingga industri manufaktur kita juga bisa cepat tumbuh," pungkasnya.
(SLF)