ECONOMICS

Selain Amerika, Ada Perusahaan Rusia yang Ingin Bangun PLTN di Indonesia

Atikah Umiyani/MPI 26/10/2023 22:12 WIB

Kementerian ESDM menyampaikan jika ada perusahaan asal Amerika dan Rusia yang berniat mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.

da perusahaan asal Amerika dan Rusia yang berniat mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.

IDXChannel - Kementerian ESDM menyampaikan jika ada perusahaan asal Amerika, NuScale berniat mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Selain dari Amerika, ada juga perusahaan asal Rusia.

"Sekarang ini setahu kami yang sedang jalan selain ThorCon, itu NuScale sudah tanda tangan dengan Indonesia Power, kerja sama studi lagi jalan, NuScale yang Amerika Serikat," jelas Direktur Jenderal Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi ketika ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, dikutip Kamis (26/10/2023).

Yudo menambahkan, selain NuScale, ada juga perusahaan asal Rusia Rosatom yang tengah berencana untuk melakukan pembangunan PLTN bahkan sudah berdiskusi dengan Kementerian ESDM.

"Kedua, salah satu juga yang menawarkan tiga-empat minggu lalu di Wina, IAEA General Conference, itu dari Rusia Rosatom kalau mereka sudah lama sekali, bertahun-tahun komunikasi terus,” lanjutnya.

Sebagai informasi, NuScale telah mengembangkan pembangkit nuklir skala kecil small modular reactor (SMR) yang lebih aman dan maju. Indonesia dinilai cocok menggunakan SMR karena sesuai dengan karakteristik Indonesia yang banyak pulau-pulau kecil.

Berbeda dengan NuScale, Rosatom lebih berfokus dalam pengembangan PLTN skala besar. Saat ini, Rosatom sedang membangun PLTN di Bangladesh dan pembangkit skala kecil yang digunakan untuk kapal pemecah es.

"Kalau Rosatom memang dia punya rentangnya cukup besar, ada yang mereka lagi bangun di Bangladesh contoh, cukup besar itu GW skalanya. Terus juga mereka  punya yang kecil SMR sekarang yang ada, sekarang itu yang beroperasi dari Rusia, Rosatom dipakai untuk kapal pemecah es, itu tempatnya di utara sana, jauh di utara untuk mecah es,” kata dia.

Diakui Yudo, untuk mengembangkan pembangkit nuklir ini perlu hati-hati. Sebab, untuk mengembangkan pembangkit listrik baru terbarukan dibutuhkan pembangkit yang menjadi penopang  beban listrik dasar (baselaod).

"Baseload ini selain daripada hidro atau geothermal, kita harapkan juga satu saat nanti kita bisa barangkali kita bisa melakukan nuklir yang sekarang studinya paling tidak dengan NuScale udah tanda tangan dengan Indonesia Power," katanya.

Dia melanjutkan, NuScale sudah bersedia menerima tawaran dari pemerintah untuk mengoperasikan PLTN SMR paling cepat pada tahun 2032 yang sudah dilakukan melalui kerja sama Amerika dan Indonesia.

"Kita ngomong dengan NuScale, mereka bersedia kalau 2032 bisa. Kita tanya kalau 2032 dan maksimal 2039, mereka bisa," kata dia.

Nuscale juga merupakan perusahaan asal Amerika yang pertama dan satu-satunya mendapatkan sertifikasi untuk PLTN SMR. Pembangunan sudah dimulai di negara Rumania dan Amerika. 

(NIY)

SHARE