ECONOMICS

Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Kita Harus Waspada

Fiki Ariyanti 14/03/2023 18:12 WIB

Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) mendapat perhatian besar dari Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati.

Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Kita Harus Waspada. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) mendapat perhatian besar dari Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati. Dia mengingatkan, agar Indonesia tetap waspada dengan situasi dan kondisi tersebut. 

"Kita juga perlu terus waspada. Transmisi dari persepsi dan psikologis bisa menimbulkan situasi signifikan bagi sektor keuangan seperti di AS," tegasnya dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Jakarta, Selasa (14/3/2023).

Menurutnya, banyak yang mengatakan, bangkrutnya Silicon Valley Bank tidak akan seperti penutupan Lehman Brothers pada 2008. 

"Kita harap AS bisa segera menstabilkan sektor keuangannya karena akan memengaruhi," ujar Sri Mulyani.

"Karena kalau kita lihat, Jerome Powell The Fed mengatakan, akan tetap hawkish karena kondisi inflasi masih tinggi dan diikuti SVB, maka fix dan move mengalami lonjakan luar biasa besar hanya dalam waktu singkat, over 24 jam. Ini yang menimbulkan volatile indeks-nya bergejolak," tambahnya.

Indonesia, diakuinya, masih dalam situasi cukup baik. Terlihat dari kurs dan capital outflow atau arus modal yang masuk ke emerging market.

"Di Februari ini, arus modal yang masuk ke emerging market total inflow USD22,9 miliar. Inflow saham USD4,9 miliar dan inflow obligasi USD17,9 miliar," tuturnya.

Sementara di pasar obligasi Indonesia, sebut Sri Mulyani, mencatat inflow sebesar Rp33,97 triliun, meski terjadi outflow (arus modal keluar) dalam beberapa waktu terakhir sebagaimana terjadi di beberapa emerging market mencermati stance hawkis The Fed. 

"Outflow SBN di Februari 2023 sebesar Rp7,57 triliun, sedangkan Maret ada outflow sebesar Rp8,16 triliun," paparnya.

Perbankan dan BI mendominasi kepemilikan SBN, sementara porsi kepemilikan asing menurun sejak akhir 2020 (25,2 persen) menjadi 14,61 persen per 10 Maret 2023. 

"Ini menunjukkan stabilitas, naik turunnya tidak berdampak besar, namun kita tetap harus waspada," imbuh Sri Mulyani.

(FAY)

SHARE