Sudah Vaksin Covid-19 Lengkap? Jangan Langsung Lepas Masker, Simak Alasannya
Meski warga Amerika Serikat sudah bisa melepas masker usai divaksin, tapi belum tentu di Indonesia bisa melakukan hal serupa. Begini alasannya.
IDXChannel - Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum lama ini melontarkan pernyataan bahwa warga AS yang sudah divaksin Covid-19 dosis lengkap boleh lepas masker. Pernyataan tersebut disorot publik.
Masyarakat Indonesia yang mengetahui kabar tersebut kemudian mempertanyakan apakah dirinya yang sudah divaksin dua dosis boleh mengikuti rekomendasi CDC tersebut. Namun, Kementerian Kesehatan melalui Jubir Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tak boleh mengikuti arahan CDC tersebut.
Alasannya jelas bahwa cakupan vaksinasi Indonesia belum semasif di AS. Sehingga, keamanan untuk melepas masker meski sudah mendapat dua dosis vaksin Covid-19 sangat berbahaya.
"Amerika Serikat vaksinasi Covid-19 sudah mencapai 40% dari populasi. Lagipula rekomendasi boleh lepas masker itu untuk orang yang berada di daerah terbuka dan dipastikan orang-orang di dalamnya sudah divaksinasi lengkap semua," kata Siti Nadia pada MNC Portal Indonesia, beberapa waktu lalu.
Untuk kondisi Indonesia, rekomendasi CDC tersebut belum dapat diterapkan mengingat jumlah orang yang sudah mendapat vaksinasi lengkap masih 8,9 persen, masih kurang dari 10 persen dari populasi.
"Artinya, itu cukup berisiko bagi orang yang belum divaksinasi terapar virus karena virus yang dibawa berisiko besar menular ke orang lain. Jadi, risiko penularannya masih tinggi di Indonesia jika mau melepas masker," kata Siti Nadia.
Dengan kata lain, Siti Nadia menegaskan kepada masyarakat Indonesia agar tidak mengiyakan rekomendasi CDC karena kondisi di Amerika Serikat dengan Indonesia berbeda dan cakupan vaksinasi Indonesia masih jauh dari kondisi aman untuk melepas masker.
Pernyataan serupa pun diutarakan Dokter Spesialis Paru dr Erlina Burhan, Sp.P(K), bahwa melepas masker meski sudah mendapat dosis lengkap vaksin Covid-19 adalah keputusan yang sangat salah.
Dia mengibaratkan kekebalan tubuh yang terbentuk karena vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke tubuh sebagai tentara. Jadi, ketika dosis lengkap sudah didapat, artinya pasukan tentara di dalam tubuh sudah banyak dan memberi proteksi yang maksimal.
Menjadi masalah, ketika mereka yang sudah divaksinasi dosis lengkap tapi abai dengan protokol kesempatan, kondisi tentara akan keletihan dan habis sangat mungkin terjadi, terlebih lawannya yaitu virus masih ada.
"Dosis lengkap artinya tentaranya kuat memang, kalau musuh datangnya sedikit, bisa dilawan dengan mudah. Jadi persoalan, ketika musuh yang datang banyak, lama-lama tentaranya kewalahan. Terlebih virusnya terus menerus menyerang artinya tubuh terus terpapar dan dengan frekuensi yang sering, orang yang sudah divaksin dosis lengkap tetap akan sakit, atau terpapar tapi tanpa gejala," tutur dr Erlina secara virtual, Jumat (21/5/2021).
Dengan begitu, sambungnya, amat sangat penting bagi masyarakat yang sudah divaksinasi dua dosis tetap mematuhi protokol kesehatan, salah satunya tetap menggunakan masker.
"Jangan euforia setelah divaksin, karena vaksin enggak 100% memberi kekebalan. Terus disiplin menjalankan 5M yaitu mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menggunakan masker, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan," terangnya.
Dokter Erlina mengingatkan kepada masyarakat agar jangan patuh prokes hanya karena takut didenda, takut dijauhi teman-teman, atau takut kehilangan citra di depan masyarakat. "Pakai masker dan menerapkan 5M lainnya itu harus atas dasar ingin melindungi diri sendiri, keluarga, dan orang lain dari paparan Covid-19, bukan semata-mata takut dicemooh teman atau alasan lainnya," tambah dr Erlina.
Dokter Reisa Broto Asmoro pun menambahkan bahwa semakin banyak usaha atau ikhtiar dalam mencegah paparan Covid-19, maka risiko pun akan semakin kecil.
"Makin banyak ikhtiar kita agar terhindar dari paparan Covid-19 yaitu dengan pakai masker, jaga jarak aman, mencuci tangan, atau ditambah vaksinasi, lalu menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas, maka makin kecil risiko terpapar Covid-19," ujar dr Reisa. (TYO)