ECONOMICS

Surplus Perdagangan China Tembus Rp9.500 Triliun pada Paruh Pertama 2025, Rekor Tertinggi

Wahyu Dwi Anggoro 15/07/2025 07:59 WIB

China mencatat rekor surplus perdagangan sebesar USD586 miliar atau sekitar Rp9.500 triliun pada paruh pertama 2025.

Surplus Perdagangan China Tembus Rp9.500 Triliun pada Paruh Pertama 2025, Rekor Tertinggi. (Foto: Freepik)

IDXChannel - China mencatat rekor surplus perdagangan sebesar USD586 miliar atau sekitar Rp9.500 triliun pada paruh pertama 2025.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (15/7/2025), China berhasil mengatasi gejolak tarif yang mengguncang perdagangan global.

“Perdagangan China berhasil menahan tekanan dan mengalami kemajuan pada paruh pertama tahun ini,” ujar Wakil Kepala Badan Bea Cukai China Wang Lingjun dalam sebuah konferensi pers. 

“Namun, perlu dicatat unilateralisme dan proteksionisme sedang meningkat secara global, dan lingkungan eksternal menjadi semakin kompleks, suram, dan tidak pasti," katanya.

Pengalihan ekspor dari AS turut menjelaskan ketahanan pabrik-pabrik China. Pertanyaannya sekarang adalah berapa lama kinerja positif ini akan bertahan, karena pemerintahan Presiden AS Donald Trump berupaya mengekang transshipment, praktik pengiriman barang ke AS melalui negara ketiga.

AS pekan lalu mengumumkan serangkaian pungutan baru terhadap mitra dagang, menyatakan tarif tersebut akan berlaku mulai 1 Agustus. AS juga mengumumkan tarif 50 persen untuk impor tembaga dan mengisyaratkan tarif sektoral lainnya di masa mendatang.

“Peningkatan pertumbuhan ekspor terutama mencerminkan pemulihan ekspor ke AS pada Juni, kemungkinan karena pengurangan tarif yang substansial setelah perundingan perdagangan AS-China di Jenewa pada Mei,” ujar para ekonom Goldman Sachs Group dalam sebuah laporan. 

Meskipun tarif AS untuk barang-barang China telah dikurangi menjadi sekitar 55 persen, turun dari 145 persen pada awal April, Beijing menghadapi risiko yang semakin besar dari strategi perdagangan Washington yang terus berkembang.

Kesepakatan dagang AS dengan Vietnam, misalnya, mencakup tarif 20 persen untuk ekspor Vietnam ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi sebesar 40 persen untuk barang-barang yang dianggap sebagai transshipment.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan, ia berharap dapat bertemu dengan mitranya dari China dalam beberapa minggu mendatang untuk melanjutkan negosiasi tarif. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE