ECONOMICS

Surplus Perdagangan RI Berlanjut, Kinerja Ekspor Hadapi Tantangan Baru

Desi Angriani 06/09/2025 13:30 WIB

Kinerja ekspor masih menjadi penopang neraca perdagangan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.

Surplus Perdagangan RI Berlanjut, Kinerja Ekspor Hadapi Tantangan Baru (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Kinerja ekspor masih menjadi penopang neraca perdagangan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Ini tercermin dari surplus neraca perdagangan sebesar USD4,18 miliar pada Juli 2025.

Surplus tersebut ditopang oleh aktivitas front-loading menjelang diberlakukannya tarif baru Amerika Serikat (AS). Pada Juli, ekspor tumbuh 9,86 persen secara tahunan (YoY), memang melambat dari 11,29 persen pada Juni, namun tetap positif. 

Penurunan laju ini mencerminkan penyesuaian eksportir terhadap perjanjian dagang baru RI-AS yang menetapkan tarif timbal balik 19 persen, jauh lebih rendah dari ekspektasi awal 32 persen. 

"Kondisi tersebut memberi nafas lega bagi sektor unggulan seperti minyak sawit, elektronik, otomotif, hingga tekstil," tulis Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dalam risetnya, Selasa (2/9/2025).

Namun Prasetya mengingatkan, dorongan ekspor akibat efek front-loading kemungkinan akan mereda dalam waktu dekat. Ke depannya, pertumbuhan ekspor diperkirakan kembali ke tren moderat, dengan daya saing sektor, kebijakan pemerintah, dan kondisi permintaan global sebagai penentu utama.

Di sisi lain, impor justru mengalami kontraksi 5,86 persen YoY pada Juli, berbalik dari pertumbuhan 4,28 persen pada Juni. 

Penurunan ini menandai kontraksi pertama dalam enam bulan terakhir, dipicu lemahnya permintaan domestik serta normalisasi persediaan industri. Impor barang setengah jadi juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan setelah periode penimbunan sebelumnya.

Ke depan, Samuel Sekuritas memperkirakan neraca perdagangan masih akan mencatatkan surplus solid di kuartal III-2025. Hanya saja, sumber pertumbuhannya akan lebih bergeser. 

Sementara pemulihan impor diperkirakan berlangsung bertahap menjelang akhir kuartal III hingga kuartal IV-2025, seiring peningkatan konsumsi domestik dan stimulus fiskal, termasuk program MBG dan belanja infrastruktur berbasis Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara.

Meski outlook positif, sejumlah risiko eksternal tetap membayangi, mulai dari perubahan kebijakan AS, penguatan dolar AS yang berpotensi menekan biaya impor bahan baku, hingga melemahnya permintaan dari China dan Eropa.

(DESI ANGRIANI)

SHARE