ECONOMICS

Tahun Depan Menteri ESDM hanya Patok Produksi Minyak 680 Ribu Bph

Rizky Fauzan 19/08/2022 09:05 WIB

Kementerian ESDM hanya mematok produksi minyak bumi nasional pada 2023 hanya sebesar 680 ribu barel per hari.

Tahun Depan Menteri ESDM hanya Patok Produksi Minyak 680 Ribu Bph (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya mematok produksi minyak bumi nasional pada 2023 hanya sebesar 680 ribu barel per hari (Bph), angka ini masih jauh lebih rendah dibanding kebutuhan BBM nasional setiap harinya.

“Ini akan kita upayakan,” kata Arifin di Jakarta, Kamis (18/8/2022).

Dia menyebutkan target lifting minyak bumi sebesar 680 ribu barel per hari dan gas bumi 1,05 juta barel per hari.

Adapun dalam buku Nota Keuangan dan RUU APBN 2023 disebutkan target lifting dan minyak bumi masing-masing 660 barel per hari dan 1.050 barel per hari. Angka itu naik ketimbang outlook pada 2022 untuk lifting minyak dan gas bumi masing-masing 625 – 630 barel per hari dan 956 – 964 barel per hari

"Kita sekarang mencoba untuk melakukan pengeboran yang lebih besar lebih dan banyak lagi. Terbukti di Blok Rokan sumur juga mulai ada peningkatan, yang tadinya tren menurun sekarang, sudah mulai meningkat,” tutur dia.

Untuk jangka panjang, kata dia, Kementerian ESDM harus mengupayakan untuk bisa mengeksplor kembali wilayah-wilyah yang masih memiliki potensi migas besar. Jadi sejak tahun 2012-2014 jumlah ekplorasi besar-besaran yang telah menghabiskan lebih dari USD2 miliar, ternyata tidak berhasil dan sejak dari itu tidak ada lagi ekplorasi baru.

Untuk saat ini, Arifin berujar, pihaknya sudah memiliki beberapa potensi baru yang sedang dikembangkan. Namun, untuk bisa menghasilkan gas, kondensat maupun minyak dari lapangan-lapangan berpotensi itu membutuhkan waktu yang cukup panjang.

“Dan kita perlu melakukan perbaikan-perbaikan fiscal terms untuk bisa membuat daya tarik investasi di migas ini meningkat,” kata Arifin.

Langkah lainnya adalah Kementerian ESDM juga akan mulai menggenjot produksi beberapa lapangan di Jawa Timur dan Papua. Jika perlu, menurut dia, perlu menggabungkan infrastruktur, terutama gas sehingga bisa menyambung mulai dari Sumatera hingga Jawa Timur.

“Ini adalah untuk merepons jangka panjang kelebihan-kelebihan gas dari daerah yang surplus bisa dikirimkan ke daerah-daerah yang sudah menunjukkan tren penurunan,” kata dia.

Ada juga potensi lain yang disebut Arifin yaitu di Sumatera Utara yang bisa dimanfaatkan dalam waktu 7-10 tahun mendatang.

 “Atau juga di Blok Mahakam yang sekarang sedang akan dilakukan penyelesaian untuk bisa men-develop Indonesia Deepwater,” tutup Arifin. (RRD)

SHARE