ECONOMICS

Tembus Rp68,32 Triliun, Ini Perusahaan Jerman yang Investasi di Pabrik Baterai RI 

Suparjo Ramalan 18/04/2023 13:43 WIB

Total investasi yang digelontorkan investor Jerman untuk pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV Battery) di Indonesia mencapai USD4,6 miliar

Tembus Rp68,32 Triliun, Ini Perusahaan Jerman yang Investasi di Pabrik Baterai RI. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Total investasi yang digelontorkan investor Jerman untuk pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV Battery) di Indonesia mencapai USD4,6 miliar atau setara Rp68,32 triliun. 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengatakan nilai investasi pabrik EV Battery RI disuntik Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF) dan Volkswagen (VW). Di mana, nilai tersebut sudah termasuk komitmen VW senilai sebesar USD2,6 miliar. 

"Itu VW aja USD2,6 miliar untuk pembangunan baterai mobil, lalu ada BASF Jerman totalnya kemarin yang rapat antara VW, BASF itu kalau enggak salah USD4,6 miliar," ujar Erick saat ditemui di kawasan Stasiun Pasar Senen, Selasa (18/4/2023).

Komitmen investor Jerman untuk terlibat dalam pembangunan EV Battery di dalam negeri menjadi bukti keseriusan pemerintah melakukan hilirisasi sumber daya alam (SDA).

Dalam proses ini, lanjut Erick, pemerintah tidak saja menggandeng investor China dan Korea Selatan, seperti LG Energy Solution (LGES) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). Namun, membuka peluang bagi negara lainnya. 

"Yang paling penting sesuai dengan statemen saya kemarin, inilah bukti hilirisasi daripada sumber daya alam, bagus buat Indonesia, apa lagi Indonesia negara non blok, membuka hubungan dengan semua pihak, China, Eropa, dan Amerika," ucapnya. 

Terlepas dari isu perdagangan dan geopolitik global, Indonesia justru mengambil jalan tengah untuk membangun kemitraan dengan banyak negara. Salah satu bukti atas sikap Indonesia adalah menjadikan negara-negara di Asia, Eropa, dan daratan Amerika Serikat sebagai mitra bisnis. 

"Dan kita buktikan bahwa terlepas ada isu WTO, kita membuktikan kita friendly kok, sama Jerman, Perancis, Amerika, untuk kerja sama untuk nikel," katanya. 

Justru yang harus diantisipasi pemerintah, kata Erick, bahan baku di Tanah Air hanya dimanfaatkan asing untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi negara mereka sendiri.

"Sebagai negara berkembang jangan istilahnya kita bahan bakunya diambil terus dan tidak terjadi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Indonesia," tutur dia. (NIA)

SHARE