ECONOMICS

Temukan Beras Tak Sesuai Takaran, Kepala Bapanas Imbau Produsen Kalibrasi Ulang Timbangan

Tangguh Yudha 18/07/2025 13:40 WIB

Kepala Bapanas mengimbau seluruh produsen beras untuk segera mengalibrasi ulang timbangan menyusul temuan beras tak sesuai takaran.

Temukan Beras Tak Sesuai Takaran, Kepala Bapanas Imbau Produsen Kalibrasi Ulang Timbangan. (Foto: Tangguh/Inews Media Group)

IDXChannel - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengimbau seluruh produsen beras untuk segera mengalibrasi ulang timbangan mereka. Hal itu menyusul maraknya temuan beras yang tidak sesuai mutu dan takaran.

Menurutnya, penting bagi produsen beras mengecek kembali quality control, termasuk timbangan yang digunakan. Ia pun menekan pentingnya aksi bersama dari para pelaku industri pangan untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan memastikan tidak ada kerugian yang dialami masyarakat.

"Saya mengimbau temen-temen perusahaan supaya coba cek lagi semua, itu kan namanya collective action," ujar Arief saat dijumpai dalam acara peluncuran program pangan murah di Kantor Pos Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat (18/7/2025).

>

"Itu kan digital semua, timbangan enggak manual, misal 5 (kg) ada lebihannya karena ada packaging-nya, bisa jadi nanti akan susut, jadi karena ini alat semua sudah digital, kemudian setting-nya coba dilihat lagi. Dikalibrasi supaya bisa sama di mana-mana," lanjutnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut ada 212 merek beras yang beredar di pasaran diduga dioplos dan tidak sesuai takaran. Menurutnya praktik curang tersebut telah merugikan masyarakat hingga Rp99 triliun per tahun.

Mentan menjelaskan bahwa semula menemukan adanya anomali, di mana harga beras terus naik padahal stok beras melimpah. Pihaknya kemudian melakukan pengujian terhadap 268 sampel beras yang tersebar di 10 provinsi produsen beras terbesar di seluruh Indonesia.

Dari pengujian ditemukan sebagian besar merek tak sesuai dengan mutu, harga dan takaran.

"Kita estimasi potensi kerugian, kerugian masyarakat yaitu Rp99 triliun, hampir Rp100 triliun. Itu kalau 1 tahun. Kalau terjadi 2 tahun, 3 tahun, Anda estimasi sendiri," ungkap Amran.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE