ECONOMICS

Terancam Dapat Sanksi, Rusia Salah Satu Pemasok Minyak Terbesar ke Eropa

Dinar Fitra Maghiszha 24/02/2022 18:14 WIB

Harga minyak mentah Brent telah melonjak ke level lebih dari USD100 per barel pada Kamis (24/2/2022).

Harga minyak mentah Brent telah melonjak ke level lebih dari USD100 per barel pada Kamis (24/2/2022). (Foto: MNc Media)

IDXChannel - Harga minyak mentah Brent telah melonjak ke level lebih dari USD100 per barel pada Kamis (24/2/2022). Ini merupakan level tertinggi yang dicapai pertama kalinya sejak 2014, setelah pecahnya perang Rusia dan Ukraina.

Pukul 15:30 WIB, berada di USD103,18 per barel, dan sempat melonjak hingga USD103,78 per barel, tertinggi sejak 14 Agustus 2014, 

Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak menjadi USD97,58 per barel, setelah sempat melonjak ke USD98,46, tertinggi sejak 11 Agustus 2014.

Kenaikan ini terjadi menyusul langkah Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan operasi militer khusus di wilayah timur Ukraina, dengan alasan melindungi warganya. Putin juga telah mengakui timur Ukraina sebagai wilayah merdeka.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan dalam sebuah tweet bahwa Rusia telah meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina dan menargetkan kota-kota dengan sejumlah  senjata.

Berdasarkan laporan Reuters, Kamis (24/2/2022), Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Pasokan minyak terbesar Rusia mengalir, terutama ke sejumlah kilang di Eropa. Rusia juga merupakan eksportir terbesar gas alam ke Eropa, dengan porsi sekitar 35% dari pasokannya.

Analis menilai dampak sanksi perdagangan dari AS, Eropa, dan Jepang dapat semakin mendongkrak harga minyak di tengah terbatasnya pasokan organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC).

"Pasokan minyak Rusia akan hilang dalam semalam jika dihadapkan dengan sanksi dan OPEC tidak dapat memproduksi cukup cepat untuk menutupi minimnya persediaan yang menganga ini," kata Ekonom OCBC Howie Lee, dilansir Reuters, Kamis (24/2/2022).

Sejumlah anggota OPEC sebelumnya mengatakan pada pekan ini bahwa tidak perlu untuk meningkatkan produksi lebih lanjut karena kesepakatan potensial antara Iran dan AS atas program nuklir, dapat memacu pasokan minyak Iran ke pasar.

Diketaui, AS dan Iran telah terlibat dalam perundingan nuklir secara tidak langsung di Wina yang dinilai dapat mengarah pada penghapusan sanksi terhadap penjualan minyak Iran.

Jepang dan Australia mengatakan pada Kamis (24/2) bahwa mereka siap untuk memanfaatkan cadangan minyak mereka, bersama dengan negara-negara anggota Badan Energi Internasional lainnya, jika pasokan global berkurang karena krisis di Ukraina.

"Harga minyak mentah Brent kemungkinan masih akan naik di atas USD100 per barel sampai pasokan alternatif yang signifikan tersedia, misalnya kesepakatan nuklir Iran atau lebih banyak stok di AS." kata Analis Eurasia Group. (TIA)

SHARE