ECONOMICS

Terimbas Krisis Energi Eropa dan China, Waspada Ancaman Inflasi di Indonesia

Iqbal Dwi Purnama 18/10/2021 06:43 WIB

Ancaman inflasi turut mengancam Indonesia imbas dari krisis energi yang melanda Uni Eropa, China, Amerika Serikat hingga India.

Terimbas Krisis Energi Eropa dan China, Waspada Ancaman Inflasi di Indonesia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ancaman inflasi turut mengancam Indonesia imbas dari krisis energi yang melanda Uni Eropa, China, Amerika Serikat hingga India. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga komoditas di pasar internasional yang juga akan memengaruhi biaya produksi di tanah air.

Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira mengatakan, jika terjadi kenaikan atas biaya produksi, maka harga barang juga akan terdongkrak di saat daya beli masyarakat masih sangar rendah.

"Efek krisis energi di Eropa, India dan China akan menyeret ekonomi Indonesia dalam masalah inflasi yang serius. Kenaikan harga komoditas energi di pasar internasional diperkirakan berdampak terhadap naiknya biaya produksi di dalam negeri," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (17/10/2021).

Sebagai analogi, Direktur Celios itu mencontohkan seperti pada halnya produksi pupuk untuk menunjang produktivitas pertanian. Jika harga pupuk yang salah satu bahan bakunya gas buminya naik, maka akan ada peningkatan harga bahan pokok di level petani.

"Ambil contoh, industri pupuk yang bahan baku-nya gas bumi mengalami tekanan biaya produksi dan berisiko meningkatkan harga pupuk di level petani, Jika harga pupuk naik, tidak bisa dihindari harga pangan akan disesuaikan dan pada akhirnya konsumen yang menanggung mahalnya harga energi," sambung Bhima.

Hal tersebut menurut Bhima sama halnya dengan sensitivitas naiknya harga minyak mentah terhadap biaya transportasi di dalam negeri. Dirinya menjelaskan, saat ini Indonesia masih menjadi importir minyak dengan kenaikan impor migas sebanyak 59,5% secata year-on-year per September 2022

"Setiap kenaikan harga minyak mentah yang terlalu cepat akan memperbesar kemungkinan naiknya inflasi administered price atau inflasi karena harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM, tarif listrik dan LPG," lanjutnya.

Menilik dari hal tersebut, lantas Bhima memperkirakan pada tahun 2022 inflasi Indonesia mencapai 4,5% yang disebabkan oleh krisis energi yang saat ini berlanjut, dan mulai menjalar ke beberapa negara, seperti Jepang.

"Proyeksi inflasi di tahun 2022 diperkirakan mencapai 4,5% karena adanya krisis energi yang berlanjut, Inflasi yang terlalu tinggi akan menimbulkan kontraksi pada pemulihan daya beli kelas menengah ke bawah," kata Bhima. (TYO)

SHARE