ECONOMICS

Terkait Kebocoran Data 279 Juta Penduduk RI, Ini Penjelasan Pakar Keamanan Siber

Intan Rakhmayanti 21/05/2021 11:39 WIB

Terkait isu kebocoran data 279 juta penduduk Indonesia, pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya beri penjelasan.

MNC Media

IDXChannel-- Terkait isu kebocoran data 279 juta penduduk Indonesia yang dijual di forum online, pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan dari sampel tersebut datanya valid.

Dia menyebut, berdasarkan pengecekan dari Vaksincom, data yang bocor memang data nomor BPJS dan ketika di crosscheck ke situs https://daftar.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs-checking/ data tersebut sinkron dan cocok.

"Masyarakat hanya bisa berdoa semoga para pengelola data diberikan kesadaran bahwa data yang dikelolanya adalah amanah yang harus di jaga dan kebocoran data akan merugikan masyarakat luas," ujar Alfons saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat (21/5/2021).

Senada dengan Alfons, Pakar keamanan siber dari CISSReC, Pratama Persadha, mengatakan hal serupa, bahwa memang benar data tersebut valid.

Sebab dalam file yang dapat didownload  ada data NOKA atau nomor kartu BPJS kesehatan.

Berdasar klaim pelaku, dirinya mempunyai data file sebanyak 272.788.202 juta penduduk. Pratama melihat hal ini aneh bila akun Kotz mengaku mempunyai 270 juta lebih data serupa, padahal anggota BPJS kesehatan sendiri di akhir 2020 adalah 222 juta.

"Dari nomor BPJS Kesehatan yang ada di file bila dicek online ternyata datanya benar sama dengan nama yang ada di file. Jadi memang kemungkinan besar data tersebut berasal dari BPJS Kesehatan,” jelas Pratama.

Bila di cek, data sample sebesar 240MB ini berisi nomor identitas kependudukan (NIK), nomor HP, alamat, alamat email, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tempat tanggal lahir, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan data pribadi lainnya yang bahkan si penyebar data mengklaim ada 20 juta data yang berisi foto.

Data dari file yang bocor dapat digunakan oleh pelaku kejahatan. Dengan melakukan phishing yang ditargetkan atau jenis serangan rekayasa sosial (Sosial Engineering).

Walaupun didalam file tidak ditemukan data yang sangat sensitif seperti detail kartu kredit , namun dengan beberapa data pribadi yang ada, maka bagi pelaku penjahat dunia maya sudah cukup untuk menyebabkan kerusakan dan ancaman nyata. 

(IND) 

SHARE