ECONOMICS

Terlilit Utang, Beberapa Negara Berkembang Devaluasi Mata Uang

Wahyu Dwi Anggoro 13/02/2023 07:01 WIB

Makin banyak negara berkembang yang membutuhkan bantuan ekonomi dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Terlilit Utang, Beberapa Negara Berkembang Devaluasi Mata Uang . (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Makin banyak negara berkembang yang membutuhkan bantuan ekonomi dari Dana Moneter Internasional (IMF). Negara-negara tersebut harus mengorbankan mata uang mereka untuk mendapatkannya.

Tahun ini, Mesir, Pakistan dan Lebanon telah menurunkan nilai tukar mata uang mereka agar bisa mengakses dana talangan IMF. Seiring makin banyaknya negara yang menjadi pasien IMF karena terlilit utang, investor harus bersiap menghadapi potensi devaluasi di negara berkembang.

“Devaluasi sangat mungkin terjadi di negara frontier market yang rapuh,” kata Brendan McKenna, ahli strategi di Wells Fargo & Co. di New York, seperti dilansir Bloomberg pada Minggu (12/2/2023)

“Investor dengan eksposur ke negara-negara ini harus berpikir tentang hedging terhadap risiko devaluasi,” lanjutnya.

Meningkatnya suku bunga dan ekonomi yang melambat telah menyebabkan beberapa negara berkembang terlilit utang yang tidak berkelanjutan dan kekurangan dolar. Hal tersebut juga membuat kebijakan currency peg dan nilai tukar terkendali berada di bawah tekanan.

Meskipun mata uang yang lebih lemah dapat membantu menarik modal dan membuat suatu negara lebih kompetitif dalam hal perdagangan, hal tersebut juga dapat meningkatkan inflasi dan mempersulit pelunasan utang.

“Devaluasi mata uang membuat sejumlah pasar ekuitas di kelompok negara emerging market dan frontier market dijauhi,” kata Hasnain Malik, ahli strategi di Tellimer yang berbasis di Dubai.

Menurut Malik, negara-negara yang berada dalam situasi tersebut di antaranya Argentina, Mesir, Ghana, Lebanon, Nigeria, Pakistan, Sri Lanka, dan Zimbabwe.

(WHY)

SHARE