IDXChannel - Lonjakan biaya pinjaman yang menekan konsumen serta merugikan ekonomi dunia akan terjadi jika Amerika Serikat (AS) mengalamai gagal bayar utang. Hal tersebut disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.
Komentar kepala IMF menambah peringatan tentang risiko jika Kongres di Washington gagal menyelesaikan kebuntuan antara Partai Republik dan Presiden Joe Biden mengenai peningkatan plafon utang.
“Guncangan global seperti pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina telah "mengajari kami untuk lebih berpikiran terbuka, bahwa hal yang tidak terpikirkan dapat terjadi," kata Georgieva dalam wawancara dengan CBS, seperti dilansir Bloomberg pada Senin (6/2/2023). “Dan inilah mengapa sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan untuk menanggapi isu ini dengan sangat serius,” lanjutnya.
Dia menyatakan harapan bahwa krisis tidak akan terjadi. Pada masa-masa sebelumnya, Partai Republik dan Partai Demokrat berhasil mencapai kesepakatan.
“Jika Anda melihat sejarah, biasanya setelah banyak perdebatan, solusi ditemukan,” lanjutna.
Partai Republik meminta pemotongan anggaran federal sebagai imbal balik atas pencabutan batas utang. Presiden Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy mengadakan pertemuan awal di Gedung Putih minggu lalu.
Georgieva mengatakan inflasi AS yang mencapai tingkat tertinggi dalam empat dekade tahun lalu tidak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang akan ditimbulkan oleh gagal bayar.
“Akan sangat merugikan konsumen AS jika AS gagal bayar, yang akan mendorong kenaikan suku bunga,” ujarnya.
"Dan jika orang tidak menyukai inflasi saat ini, mereka sama sekali tidak akan menyukai apa yang mungkin terjadi besok,” lanjutnya.
Secara hukum, utang pemerintah federal tidak boleh melebihi USD31,4 triliun. Departemen Keuangan mengatakan dapat bertahan setidaknya hingga awal Juni dengan menggunakan manuver khusus.
(WHY)