ECONOMICS

Terungkap! Bank Sentral Afghanistan Sudah Kehabisan Cadangan Dolar Sebelum Taliban Berkuasa

Suparjo Ramalan 30/09/2021 10:00 WIB

Bank sentral Afghanistan, ternyata sudah kehabisan sebagian besar cadangan dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa minggu sebelum Taliban mengambil alih.

Terungkap! Bank Sentral Afghanistan Sudah Kehabisan Cadangan Dolar Sebelum Taliban Berkuasa (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Dokumen yang disiapkan untuk pemberi pinjaman internasional mengungkap, bank sentral Afghanistan, ternyata sudah kehabisan sebagian besar cadangan dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa minggu sebelum Taliban mengambil alih. 

Hal tersebut memicu krisis ekonomi di Afghanistan saat ini makin buruk. Laporan singkat dua halaman yang ditulis pada awal September oleh pejabat senior ekonomi internasional untuk sejumlah lembaga keuangan internasional termasuk Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, kekurangan uang tunai yang parah di negara itu dimulai sebelum Taliban menguasai Kabul.  

Ini menunjukkan bagaimana mantan kepemimpinan bank sentral menangani krisis di bulan-bulan sebelum Afghanistan dikuasai Taliban, termasuk keputusan untuk melelang sejumlah besar dolar AS dan memindahkan uang dari Kabul ke cabang-cabang provinsi.  

"Cadangan valas di brankas bank sentral di Kabul telah habis. Bank sentral tidak bisa memenuhi permintaan uang tunai. Sumber masalah terbesar adalah mismanagement di bank sentral sebelum diambil alih Taliban," tulis laporan tersebut, dikutip dari Reuters, Kamis (30/9/2021). 

Shah Mehrabi, ketua komite audit bank sentral yang membantu mengawasi bank sebelum Taliban mengambil alih dan anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Afghanistan saat ini, membela tindakan Da Afghanistan Bank. Dia mengatakan, bank sentral berusaha untuk mencegah larinya mata uang lokal Afghanistan. 

Kekurangan uang tunai dapat dilihat di jalan-jalan kota-kota Afghanistan, di mana banyak orang mengantre selama berjam-jam untuk menarik tabungannya dalam dolar AS di tengah batasan ketat jumlah yang dapat diambil. 

Bahkan sebelum dikuasai Taliban, ekonomi Afghanistan juga sedang berjuang. Namun setelah dikuasai Taliban dan berakhirnya bantuan asing membuat Afghanistan berada dalam krisis parah. Harga bahan pokok seperti tepung telah melonjak, sementara pekerjaan tidak ada, sehingga membuat jutaan orang menghadapi kelaparan saat musim dingin. 

Di bawah pemerintahan sebelumnya, bank sentral mengandalkan bantuan uang tunai sebesar 249 juta dolar AS, yang dikirim setiap tiga bulan dalam kotak-kotak berisi uang kertas 100 dolar AS dan disimpan di brankas bank sentral serta istana presiden. Namun bantuan itu berhenti setelah Taliban berkuasa.  

Bank sentral, yang memainkan peran kunci di Afghanistan karena mendistribusikan bantuan dari negara-negara seperti Amerika Serikat, menyatakan pada Rabu (29/9/2021), mereka telah menyelesaikan rencana untuk memenuhi kebutuhan mata uang asing negara itu. Namun tidak memberikan rinciannya. 

Krisis mata uang mempersulit Taliban untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk membayar listrik atau gaji pegawai pemerintah, banyak di antara mereka belum dibayar beberapa bulan. Adapun cadangan dana sebesar 9 miliar dolar AS telah dibekukan setelah Taliban merebut Kabul, dan meninggalkan bank sentral hanya dengan uang tunai di brankasnya. 

Menurut laporan itu, bank sentral akhirnya melelang valas sebesar 1,5 miliar dolar AS pada 1 Juni hingga 15 Agustus kepada dealer valuta asing lokal. 

"Pada 15 Agustus, bank sentral memiliki kewajiban yang luar biasa sebesar 700 juta dolar AS dan 50 miliar Afghan (569 juta dolar AS) terhadap bank-bank komersial," katanya. 

Mehrabi menjelaskan, meskipun lelang diumumkan hampir 1,5 miliar dolar AS, namun jumlah sebenarnya yang terjual hanya 714 juta dolar AS. Dia mengatakan, bank sentral telah melanjutkan lelang valas untuk mengurangi depresiasi dan inflasi. 

Sementara itu, laporan juga mempertanyakan keputusan bank sentral mengalihkan sebagian cadangannya ke cabang provinsi, menempatkannya dalam risiko karena gerilyawan Taliban membuat kemajuan di seluruh negeri mulai akhir 2020 menjelang kemenangan mereka. 

Dikatakan sekitar 202 juta dolar AS disimpan di cabang-cabang ini pada akhir tahun lalu, dibandingkan tahun sebelunya sebesar 12,9 juta dolar AS, dan uang tunai tidak dipindahkan karena provinsi mulai jatuh ke tangan pemberontak Taliban. 

"Sejumlah uang dilaporkan hilang (dicuri) dari beberapa cabang provinsi," kata laporan itu, tanpa menyebutkan berapa jumlahnya. Mehrabi mengaku, bank sentral sedang menyelidiki uang yang dicuri dari tiga cabangnya, meskipun bukan oleh Taliban. Kendati demikian, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut. 

Mantan gubernur bank sentral Ajmal Ahmady, yang meninggalkan negara itu sehari setelah Kabul jatuh, tidak menanggapi email dan pesan lain yang meminta komentar atas tindakannya dan bank tersebut pada bulan-bulan sebelum Taliban berkuasa. Namun Ahmady mengatakan di Twitter pada beberapa pekan terakhir, dia melakukan yang terbaik untuk mengelola keuangan, dan menyalahkan kekurangan uang tunai karena pembekuan aset bank sentral di luar negeri. 

Dalam pernyataannya, dia juga mengatakan, bank sentral telah mengelola ekonomi dengan baik sebelum jatuhnya Kabul dan dia terpaksa meninggalkan stafnya karena takut akan keselamatannya. Dia mengatakan, tidak ada uang yang dicuri dari rekening cadangan mana pun.

(SANDY)

SHARE