TikTok Indonesia Bagi-Bagi Tips agar Jualan Laku Keras
TikTok Shop memberikan tips kepada pengusaha lokal yang ingin meningkatkan transaksi belanjanya. Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan TikTok.
IDXChannel - TikTok Indonesia mengembangkan konsep Shoppertainment sesuai dengan karakter konsumen yang mulai berubah. Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan TikTok atas perilaku konsumen dalam melakukan transaksi di platform jual beli online.
Dari survei tersebut, Head of Business Marketing TikTok Indonesia Sitaresti Astarini memberikan tips kepada pengusaha lokal yang ingin meningkatkan transaksi belanjanya. Menurut dia, sebuah brand harus membuat konten yang menarik dan informatif mengenai produk yang ditawarkan agar menarik perhatian konsumen.
"Kalau ngomongin bagaimana sih brand bisa jualannya kenceng di ekosistem TikTok. Paling penting itu kalau orang omongin e-commerce, itu bukan hanya promo yang bikin orang mau beli. Terus konten yang disajiin apa?," kata Astarini di Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2024).
Astarini mengatakan konsumen saat ini tidak bisa lagi diimingi dengan promo. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, konsumen di era kini akan mencari tahu lebih jauh mengenai produk yang ditawarkan oleh sebuah brand sebelum memutuskan untuk membeli.
"Karena kan konsumen sebelum mereka melakukan pembelian, ada proses di mana mereka menemukan barang, terus melakukan pertimbangan, itu semua rutin harus ada konten yang disajikan. Jadi brand tidak hanya bikin konten terus besoknya ada yang beli. Brand itu harus hadir di seluruh partition bukan hanya ingin menuai hasilnya saja," ujarnya.
Oleh sebab itu, Astarini memberikan tiga cara kepada brand yang dapat meningkatkan transaksi belanja. Itu ada konten yang dibuat informatif dan menghibur, produk yang ditawarkan sesuai dengan apa yang ada di kehidupan nyata, serta menarik.
"Tipe-tipe konten itu seperti apa? Pertama harus informatif, karena konsumen datang gak lihat ada promo apa. Terus yang kedua realistis apa enggak nih konten yang disajikan. Dan ketiga harus engaging," ungkapnya.
"Ada perubahan dari pola konsumen yang harus diikutin oleh brand," sambung Astarini.
Menurut dia, saat ini konsumen melakukan transaksi berdasarkan intuisi mereka. Hal ini membuat sebanyak 59 persen konsumen membeli barang non-promosi. "Konsumen Indonesia memanfaatkan intuisinya 2 kali lipat dibandingkan negara lainnya. Untuk itu, brand harus membuat konten-konten yang dilihat membangun intuisi konsumen," tuturnya.
"Penyajian yang menarik dan jelas, maka konsumen Indonesia lebih tertarik untuk membeli. Ini berbeda dengan konsumen di Thailand dan Vietnam yang lebih percaya dengan siapa yang mempromosikan produk," ujarnya.
(FRI)