ECONOMICS

Tim Peneliti Universitas Pertamina Kembangkan Pembangkit Listrik dari Barang Bekas

Wahyudi Aulia Siregar 26/01/2023 15:28 WIB

Hypercube merupakan purwarupa teknologi pembangkit listrik bertenaga pikohidro yang dikembangkan untuk mendukung transisi energi melalui pemanfaatan energi air.

Tim Peneliti Universitas Pertamina Kembangkan Pembangkit Listrik dari Barang Bekas. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Pertamina, Teguh Aryo Nugroho, bersama dengan tim peneliti Universitas Pertamina serta sekolah MAN Insan Cendekia Jambi, membuat Hypercube

Hypercube merupakan purwarupa teknologi pembangkit listrik bertenaga pikohidro yang dikembangkan untuk mendukung transisi energi melalui pemanfaatan energi air, utamanya di Provinsi Jambi, yang memiliki potensi hingga 447 Megawatt.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia mencapai 75.000 MW. 

Namun disayangkan, total realisasi pemanfaatannya pembangkit listrik tenaga air secara nasional hanya mencapai 9% atau sekitar 6.225 MW.

Teguh Aryo menyebut Hypercube merupakan perwarupa yang unik karena dibuat dengan memanfaatkan barang bekas.

"Keunggulan pembangkit listrik ini dibuat menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti velg sepeda sebagai roda kincir, bambu untuk turbin, serta penggunaan drum bekas pakai sebagai media apung. Sehingga dari segi biaya pembuatan menjadi lebih murah," jelas Teguh, Kamis (26/1/2023).

Ia menjelaskan, Hypercube merupakan teknologi PLTA terapung pertama yang dibuat oleh Universitas Pertamina. 

Cara kerja Hypercube pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik tenaga air lainnya yang dilengkapi dengan turbin dan generator. Turbin berfungsi sebagai pengubah aliran fluida menjadi energi gerak terhubung dengan gear yang berfungsi untuk mentransmisikan daya gerak rotasi dari turbin menuju generator untuk menghasilkan listrik.

Jambi dipilih sebagai lokasi penerapan PLTA pikohidro karena meski memiliki kapasitas listrik sebesar 36,88 GWh, pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat masih menemui kendala.

"Sejumlah daerah di Jambi mengalami pemadaman listrik sebanyak rata-rata 12,7 pemadaman per pelanggan per tahun. Durasi rata-rata pemadamannya 138,4 jam per pelanggan per tahun. Beberapa daerah bahkan belum dialiri listrik. Permasalahan semacam ini berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti memperburuk kualitas pembelajaran daring bagi siswa dan mempercepat kerusakan alat elektronik," ujar Teguh.

Kurangnya penerangan listrik, juga menjadi musabab maraknya tindak pencurian hasil panen petani keramba. Keberadaan Hypercube diharapkan bisa menjadi solusi hemat biaya bagi mereka.

Selama proses pengujian, pembangkit listrik Hypercube berhasil mentenagai penerangan dengan beban DC 12 V 10 W. 

Sedangkan jumlah total daya listrik yang bisa dihasilkan dari purwarupa PLTA Hypercube mencapai 17 V DC. Nantinya, pembangkit listrik pikohidro ini dapat digunakan sebagai sumber penerangan bagi petani keramba yang umumnya berada di wilayah yang belum terjangkau listrik. (NIA)

SHARE