ECONOMICS

Tok! Sri Lanka Raih Pinjaman Rp43,15 Triliun dari IMF

Yulistyo Pratomo 01/09/2022 13:58 WIB

Guna mengatasi resesi ekonomi, Sri Lanka akhirnya berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional.

Tok! Sri Lanka Raih Pinjaman Rp43,15 Triliun dari IMF. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Guna mengatasi resesi ekonomi, Sri Lanka akhirnya berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional. Negara ini akan mendapatkan suntikan sebesar USD2,9 miliar atau setara dengan Rp43,15 triliun (Rp14.880 per USD)

Dilansir Bloomberg, Kamis (1/9/2022), Pengaturan Fasilitas Dana Diperpanjang akan mendukung program Sri Lanka untuk memulihkan stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan utang, terang IMF, ditambah program 48 bulan yang tunduk pada persetujuan manajemen IMF dan dewan.

“Dengan latar belakang ini, program pihak berwenang, yang didukung oleh IMF, akan bertujuan untuk menstabilkan ekonomi, melindungi mata pencaharian masyarakat Sri Lanka, dan mempersiapkan landasan bagi pemulihan ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif," kata IMF dalam siaran pers mereka.

Negara Asia Selatan itu sedang bergulat dengan krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan di samping gejolak politik yang mengarah pada pembentukan pemerintahan baru. Berkurangnya cadangan devisa, melumpuhkan kekurangan barang-barang penting dan inflasi tercepat di Asia telah memukul ekonomi USD81 miliar.

Menjelang pakta IMF, Sri Lanka telah menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) mereka menjadi 15% dari 12% mulai hari ini. Tak hanya itu, negara ini juga menaikkan target produk domestik bruto pada 2025 sampai dengan 15 persen.

Sri lanka juga berencana mengurangi rasio utang terhadap PDB hingga 100%, mencapai pertumbuhan ekonomi 5% dalam jangka menengah dan inflasi yang sejuk yang telah meningkat di atas 60% hingga di bawah 10%.

Indeks CSE All Share melonjak 1,9%, naik untuk hari ketiga berturut-turut, sementara obligasi dolar Sri Lanka 7,55% 2030 turun 0,5 sen menjadi 31,5 sen dolar setelah naik 2 sen dolar pada Rabu.

Negara kepulauan itu membutuhkan sekitar USD5 miliar untuk impor penting untuk mengatasinya selama enam bulan, Presiden Ranil Wickremesinghe saat masih menjadi perdana menteri.

Negara itu, yang awal tahun ini gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kalinya, juga ingin bernegosiasi dengan dana global yang memegang sekitar USD12,6 miliar obligasinya. (TYO)

SHARE