ECONOMICS

Ucapan Peter Gontha Bikin Serikat Karyawan Garuda Indonesia Besok Demo ke KPK

Suparjo Ramalan 08/11/2021 17:10 WIB

Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) berencana menyambangi kantor Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa 9 November 2021. Mau apa?

Ucapan Peter Gontha Bikin Serikat Karyawan Garuda Indonesia Besok Demo ke KPK (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) berencana menyambangi kantor Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa 9 November 2021. Mau apa?

Ketua Harian Sekarga, Tomy Tampatty menyebut, kedatangan pihaknya menyusul pernyataan Mantan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk, Peter Gontha, bahwa adanya indikasi korupsi saat pengadaan pesawat yang dilakukan manajemen emiten penerbangan pelat merah sebelumya.

"Menyikapi pernyataan mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, terkait adanya indikasi tindak pidana korupsi dalam hal proses pengadaan pesawat, maka kami DPP Serikat Karyawan Garuda Indonesia akan mendatangi kantor KPK untuk memberikan dukungan pengusutan terkait indikasi dugaan tindak pidana tersebut," ujar Tomy melalui undangan yang diterima, Senin (8/11/2021).

Melalu akun sosial medianya (instagram), Peter Gontha mencatat, ada indikasi korupsi pengadaan pesawat Boeing 737 Max. Meski begitu, dia enggan merincikan lebih jauh dugaan korupsi yang membawa nama Dewan Direksi Garuda Indonesia sebelumnya.

"Cerita ini MenBUMN (Menteri BUMN, Erick Thohir) mungkin tidak informasikan, ini harus saya kasih tau, karena kalau tidak Pak Erick Thohir yang disalahkan," tulis Peter.

Awalnya, antara tahun 20013 atau 2014, Peter mengklaim dirinya pernah menolak menandatangani kontrak pesawat Boeing 737 Max. Dia beralasan, lessor atau perusahaan penyewa pesawat hanya memberikan waktu 1x24 kepada Dewan Direksi dan Komisaris untuk melakukan evaluasi dan penandatanganan.

Sementara, nilai kontrak pesawat melebihi USD 3 miliar atau setara Rp 42,8 triliun (Kurs 14.300 per USD) untuk 50 armada. Tapi berjalannya waktu, Peter justru ikut menandatangani kontrak dengan alasan dipaksakan.

"Gila kan, hanya 24 jam. Karena dipaksa dengan alasan saya harus tanda tangan kalau tidak menjadi (dissenting) gagal pembeliannya," terangnya.

Peter akhirnya menandatangani kontrak pesawat Garuda Indonesia jenis Boeing 737 Max itu. Meski demikian, dia mengklaim dikucilkan Direksi lantaran memberi beberapa catatan, khususnya waktu evaluasi pesawat yang terhitung pendek. "Saksi hidup masih banyak. Tanyakan saja! Juga jejak digitalnya saya ada!," tuturnya.

Menurutnya, dari total kontrak pesawat Boeing 737 Max, yang dikirim ke hanggar Garuda hanya satu armada saja. Alasannya pesawat seri yang sama, yang juga dipesan oleh PT Lion Air Group dan Ethiopia Air, mengalami kecelakaan.

Pada 2020 lalu, Peter pun meminta Direksi membatalkan kontrak tersebut dan mengembalikan satu pesawat yang sudah dikirim lessor tersebut. Malangnya, permintaan itu justru ditolak dengan dalih bahwa kontrak tidak dapat dibatalkan dengan alasan apapun.

Dia kembali, memberikan masukan agar manajemen menempuh jalur hukum dengan memberikan tuntutan di pengadilan Amerika Serikat (AS). Bahkan, meminta uang perusahaan dikembalikan lessor. Namun, saran itu lagi-lagi tidak dilaksanakan.

"Saya minta dituntut di pengadilan Amerika Serikat, dan meminta uang perusahaan dikembalikan, tapi tidak dilaksanakan padahal Boeing sudah terkendala korupsi," kata dia. (RAMA)

SHARE