ECONOMICS

UE Pastikan Bakal Terapkan Pajak Tak Terduga Bagi Perusahaan Energi Bercuan Jumbo

Tim IDXChannel 10/09/2022 06:49 WIB

Bahkan dari sebelum perang, Eropa telah menghadapi kenaikan harga gas karena permintaan bahan bakar China melonjak karena ekonomi pulih dari pandemi.

UE Pastikan Bakal Terapkan Pajak Tak Terduga Bagi Perusahaan Energi Bercuan Jumbo (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kepala eksekutif Uni Eropa, Von der Leyen, memastikan bakal menerapkan kewajiban pajak tak terduga kepada perusahaan energi rendah karbon, energi terbarukan dan utilitas nuklir yang dinilai telah meraup keuntungan berlimpah dari pendapatan tak terduga (windfall).

"Mereka (perusahaan energi) telah mendapatkan pendapatan luar biasa, yang mereka sendiri bahkan tidak pernah memimpikannya," ujar Leyen, sebagaimana dilansir Theguardian, Kamis (8/9/2022).

Di bawah aturan energi UE, harga listrik memang ditentukan oleh biaya bahan bakar, yang paling mahal adalah gas, dibanding energi terbarukan dan tenaga nuklir yang relatif jauh lebih murah. Sebagai akibat dari harga gas yang tinggi secara historis, produsen listrik rendah karbon telah dihargai dengan peningkatan pendapatan yang besar.

Menurut Leyen, perusahaan energi rendah karbon, energi terbarukan dan utilitas nuklir yang telah menuai pendapatan tak terduga (windfall) dari pembangkit listrik ke depan juga bakal dibebani pajak 'tak terduga' sebagai bagian dari sumbangsihnya terhadap masyarakat.

Dengan telah meraup cuan besar dari skema windfall tersebut, EU meminta perusahaan-perusahaan energi itu untuk bersiap membayar pajak, yang hasilnya nanti bakal dimanfaatkan untuk membantu konsumen domestik dan bisnis untuk membantu membayar tagihan energi yang semakin membengkak seiring lonjakan harga komoditas dewasa ini.

“Penghasilan ini tidak hanya mencerminkan biaya produksi mereka. Karena itu, ini saatnya bagi konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari sumber yang berbiaya rendah. Komisi itu mengalihkan keuntungan tak terduga untuk memungkinkan negara-negara anggota mendukung rumah tangga dan bisnis yang rentan," ungkap Leyen.

Tak hanya perusahaan listrik, perusahaan minyak dan gas yang telah menghasilkan keuntungan besar juga bakal dikenakan pajak tak terduga, yang digambarkan Leyen sebagai 'kontribusi solidaritas'.

Dari dokumen bocor yang diperoleh Guardian terungkap bahwa eksekutif UE menginginkan pengurangan wajib lima persen dalam konsumsi listrik selama periode puncak. Hal ini mencerminkan rencana penghematan gas sebelumnya, meskipun negara-negara anggota UE telah memutuskan bahwa langkah-langkah efisiensi ini harus bersifat sukarela.

Pembatasan gas Rusia kemungkinan akan dipertanyakan oleh beberapa negara anggota UE. Polandia berpendapat bahwa UE harus membatasi harga semua gas non-UE, lantaran mereka khawatir serangan terhadap Rusia akan memicu pembalasan yang akan membuat Ukraina kehilangan biaya transit pipa yang menguntungkan.

Leyen juga mengatakan bahwa Rusia telah menutup sebagian atau seluruhnya gas di 13 negara anggota Uni Eropa. “Kami tidak peduli dengan pengumuman dari Rusia ini karena kami tahu mereka memeras kami. Hal terbaik untuk dilakukan adalah memperkuat diri sendiri dan mendekati penyedia lain dan tunjukkan solidaritas," papar Leyen.

Perusahaan energi negara yang dikendalikan Kremlin, Gazprom, juga telah mengumumkan Jumat lalu bahwa mereka tidak akan melanjutkan aliran gas melalui Nord Stream 1, pipa terbesar antara Rusia dan Eropa. 

Bahkan dari sebelum perang, Eropa telah menghadapi kenaikan harga gas karena permintaan bahan bakar China melonjak karena ekonomi pulih dari pandemi.

Masalah telah diperburuk oleh musim panas yang panas dan kering yang memecahkan rekor dan telah meningkatkan permintaan untuk AC sekaligus mengurangi pembangkit listrik tenaga air dari sungai dan waduk. 

Para menteri energi negara-negara Uni Eropa akan membahas proposal tersebut pada pertemuan darurat pada hari Jumat. (TSA)

Penulis: Nur Pahdilah

SHARE