Viral Pengusaha Bakery di Bandung Mengeluh Omzet Anjlok, Sektor F&B Lesu?
Ramai di media sosial X, yang sebelumnya Twitter, tentang pengusaha bakery di Bandung yang mengeluhkan tren lesunya industri makanan dan minuman (F&B).
IDXChannel - Ramai di media sosial X, yang sebelumnya Twitter, tentang pengusaha bakery di Bandung yang mengeluhkan tren lesunya industri makanan dan minuman (F&B).
Dikutip pada akun Djaka Farezki (@djfarezki), ia menuturkan beberapa pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sektor F&B di kota Parahyangan tersebut sedang panik lantaran omzet yang anjlok.
“Temen-temen usaha F&B UMKM di Bandung lagi panik, omzet drop. Tiap 1 jam sekali upload konten. menariknya fenomena ini di bantu food blogger/influencer pun gak ngangkat membantu omzet. Udah ada yang membuktikan ini di Bandung saat-saat ini,” cuit Djaka Farezki dalam statusnya, Rabu (9/8/2023).
Pemilik kedai bakery Waroeng Snoepen di Bandung ini menuturkan penurunan omzet ini dibarengi dengan durasi yang panjang.
“(Penurunan omzet) kali ini durasinya panjang, abis lebaran Idul Fitri, gak lama ketemu Idul Adha dan Tahun ajaran baru. Itu di luar faktor lainnya,” imbuhnya lagi.
Djaka mengamati penurunan geliat usaha F&B ini terjadi pasca momentum Idul Fitri hingga Idul Adha.
Keluhan ini menjadi sorotan setelah sejumlah indikator perekonomian RI berada di jalur positif.
Konsumsi Masih Optimis
Penurunan omzet yang dikeluhkan para pedagang makanan dan minuman ini menjadi kontradiktif dengan laporan konsumsi masyarakat yang tumbuh.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,23 persen secara tahunan pada kuartal II-2023. Konsumsi rumah tangga ini juga berkontribusi sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi RI di kuartal yang sama sebesar 5,17 persen secara tahunan (yoy).
Konsumsi rumah tangga menyumbang sebesar 53,31 persen dari total pertumbuhan domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II-2023. (Lihat grafik di bawah ini.)
Menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud, ada sejumlah faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2023.
Di antaranya, perayaan hari besar keagamaan, yakni Ramadan dan Idul Fitri. Pada momentum ini, banyak masyarakat yang mendapatkan dan membelanjakan tunjangan hari raya (THR).
“Dari sisi daya belinya, ada penambahan pendapatan (masyarakat) yaitu dari THR dan Gaji ke-13 yang dibayarkan pada kuartal II- 2023,” kata Edy pada Senin (7/8/2023).
Konsumsi rumah tangga juga banyak dialihkan untuk mobilitas masyarakat selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah.
Hal ini diungkapkan BPS di mana kelompok konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup tinggi, antara lain untuk sektor transportasi dan komunikasi, pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya, serta restoran dan hotel.
Maka tidak heran jika sektor UMKM F&B terdampak pelemahan mengingat pola konsumsi masyarakat yang terfokus pada kebutuhan transportasi dan pakaian.
Sementara menurut data Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), kinerja penjualan eceran kelompok makanan, minuman, dan tembakau berada dalam tren peningkatan pada Juni 2023.
Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2023 sebesar 223,2, atau tumbuh positif sebesar 8,0 persen (yoy). Angka ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 4,5 persen (yoy).
Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya pertumbuhan kelompok makanan, minuman, dan tembakau dan bahan bakar kendaraan bermotor yang pada bulan sebelumnya berada dalam fase kontraksi.
Secara jumlah, UMKM yang bergerak di sektor makanan dan minuman di Indonesia juga terus tumbuh. Menurut BPS, mayoritas UMKM di Indonesia juga bergerak di sektor makanan.
Menurut data BPS pada 2020, jumlah UMKM sektor makanan mencapai 1,51 juta unit usaha. Pada tahun sebelumnya, jumlah UMKM di bidang makanan dan minuman jumlahnya mencapai 3,9 juta.
Potret kelesuan di sektor ini perlu menjadi perhatian di tengah kondisi ekonomi yang semakin stabil pasca terguncang akibat pandemi Covid-19 hingga tingginya inflasi dalam 1,5 tahun terakhir. (ADF)