ECONOMICS

Waspada Banjir! BMKG Sebut Intensitas Hujan Masih Tinggi di Sebagian Wilayah RI

Binti Mufarida 20/06/2022 12:00 WIB

Intensitas hujan masih cukup tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia di pertengahan bulan Juni 2022 ini.

Waspada Banjir! BMKG Sebut Intensitas Hujan Masih Tinggi di Sebagian Wilayah RI

IDXChannel - Intensitas hujan masih cukup tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia di pertengahan bulan Juni 2022 ini. Secara global, La Nina moderat masih menjadi salah satu penyebab tingginya curah hujan.  Lalu, bagaimana penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait hal ini?

BMKG mengungkapkan pantauan hari tanpa hujan berdasarkan citra satelit cuaca pada tanggal 15 Juni 2022 menunjukkan bahwa umumnya sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami hujan atau paling tidak sebagian wilayah mengalami hari tanpa hujan berturut-turut dalam rentang antara 1 hingga 5 hari.

“Masih seringnya hujan bahkan dengan intensitas sangat lebat menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di beberapa wilayah pada bulan Juni ini,” kata prakirawan BMKG, Dea Nurina Bestari dari YouTube resmi BMKG, Senin (20/6/2022).   

Tingginya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada bulan Juni, kata Dea, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor La Nina namun dipengaruhi juga oleh dinamika atmosfer harian yang labil dan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

Dea pun menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan tingginya curah hujan saat ini antara lain, faktor pertama yaitu masih hangatnya muka laut di beberapa wilayah Indonesia dibandingkan dengan normalnya yang ditandai dengan nilai anomali suhu muka laut positif.

“Kondisi ini akan mendukung peningkatan suplai uap air sebagai sumber pembentukan awan-awan hujan. Selain itu masih tingginya kelembaban udara di sekitar wilayah Indonesia akan semakin mendukung pertumbuhan awan hujan yang lebih intens,” paparnya.

Faktor kedua yaitu aktifnya fenomena median julian oscillation (MJO), gelombang rossby ekuatorial dan juga gelombang kelvin di wilayah Indonesia. Sementara itu, MJO, gelombang rossby ekuatorial dan juga gelombang kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya.

“Fenomena MJO dan gelombang kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus bulanan MJO dan siklus mingguan pada gelombang kelvin,” ungkap Dea.

Sebaliknya, Dea mengungkapkan fenomena gelombang rossby ekuatorial bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia yang mempunyai siklus mingguan. “Sama halnya seperti MJ maupun kelvin, ketika gelombang rossby ekuatorial aktif di wilayah Indonesia, maka akan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia,” paparnya.

Faktor ketiga, kata Dea, yaitu terbentuknya pola-pola pusaran angin di perairan barat Sumatera dan di wilayah sekitar Kalimantan yang membentuk daerah belokan atau daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin yang disebut dengan konvergensi.

“Gangguan atmosfer ini akan membantu proses pengangkatan uap-uap air sebagai sumber pembentukan awan. Sehingga daerah di sekitar lokasi gangguan atmosfer tersebut akan memiliki potensi pertumbuhan awan hujan yang cukup besar,” katanya. 

(NDA) 

SHARE