WIKA Tagih Uang Rp5 T Imbas Pembengkakan Biaya KA Cepat, Ini Respons KCIC
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyebut ada prosedur administrasi terkait dengan klaim dan penagihan dari kontraktor ke KCIC.
IDXChannel - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyebut ada prosedur administrasi terkait dengan klaim dan penagihan dari kontraktor ke KCIC. Mekanisme penagihan sesuai dengan kontrak kerja sama Engineering, Procurement and Construction (EPC) yang disepakati pada 2017 lalu.
Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengatakan, klaim dan tagihan harus sesuai mekanisme agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).
“Klaim dan penagihan dari kontraktor ke KCIC harus melalui prosedur administrasi sesuai apa yang ada dalam EPC Contract agar semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik termasuk dari sisi keuangan sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik (GCG),” kata Eva saat dikonfirmasi MNC Portal, Selasa (16/7/2024).
Pernyataan Eva sekaligus menanggapi upaya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA yang bakal mengajukan klaim untuk periode 31 Desember 2023 sebesar Rp5 triliun kepada Kereta Cepat Indonesia China melalui pihak ketiga (arbitrase).
Klaim tersebut imbas pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh sebelum diresmikan pemerintah pada 2023 lalu.
Diketahui, penyertaan modal WIKA untuk mega proyek transportasi masal Jakarta-Bandung mencapai Rp6,1 triliun.
Namun, berjalananya waktu terjadi pembengkakan biaya proyek, kondisi ini membuat emiten konstruksi pelat merah itu dibebankan biaya senilai Rp5 triliun.
Adapun, total cost overrun Kereta Cepat Whoosh yang disepakati Indonesia dan China pada awal tahun lalu sebesar USD1,2 miliar atau setara Rp18,2 triliun.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (8/7/2024), Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menyebut, total anggaran yang dibebankan kepada WIKA ada di angka Rp12 triliun. Rincuannya, penyertaan Rp6,1 triliun dan klaim Rp5 triliun.
“Dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun sehingga hampir Rp12 triliun,” kata Agung.
Pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar 75 persen. Sedangkan 25 persen merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) senilai 60 persen dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. 40 persen.
Bisnis Whoosh dikelola oleh KCIC, sebuah perusahaan patungan yang dibentuk oleh PSBI dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Untuk komposisi pemegang saham PSBI, yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI 51,37 persen, Wijaya Karya 39,12 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen.
Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen dan CRIC 5 persen.
(SLF)