ECOTAINMENT

4 Alasan Kudus Disebut Kota Kretek, Sejarah Kelahiran Rokok Khas Indonesia

Nadya Kurnia 10/11/2023 16:42 WIB

Kudus disebut sebagai Kota Kretek karena rokok khas Indonesia dilahirkan di daerah tersebut. Kudus juga memiliki banyak industri kretek skala besar dan rumahan.

4 Alasan Kudus Disebut Kota Kretek, Sejarah Kelahiran Rokok Khas Indonesia. (Foto: Freepik)

IDXChannel—Apa alasan Kudus disebut sebagai Kota Kretek? Salah satu alasan utamanya adalah kabupaten ini merupakan tempat kelahiran kretek Indonesia, dan hingga kini masih menjadi wilayah industri kretek yang terkenal, baik skala kecil ataupun besar. 

Bagi masyarakat awam yang tidak familiar dengan industri rokok, kretek dan rokok tampak tak berbeda. Padahal, keduanya adalah jenis rokok yang berbeda. Kretek adalah rokok khas Indonesia yang dibuat dengan campuran cengkeh dan saus perisa. 

Sehingga kretek berbeda dengan rokok yang diproduksi di negara-negara lain. Kemunculan kretek sendiri bermula pada abad ke-18, dari seorang pribumi bernama Haji Djamhari. Ia adalah orang yang pertama kali meracik tembakau dengan cengkeh. 

Perbincangan tentang kretek Indonesia, sekaligus sejarah industrinya, belakangan ramai diperbincangkan berkat serial Gadis Kretek yang tayang di Netflix. Tak terkecuali Kudus dan awal mulanya mendapat sebutan Kota Kretek. 

Alasan Kudus Disebut Kota Kretek 

Tempat Kelahiran Kretek 

Dikutip dari situs resmi Komunitas Kretek (10/11), Haji Djamhari diketahui tinggal di Kudus pada abad ke-18 saat pertama kali menemukan racikan tembakau dengan cengkeh. Ia menderita sesak nafas yang tak kunjung membaik. 

Ia mendapati ternyata minyak cengkeh yang dioleskannya ke dada dapat meredakan sesak nafasnya. Dari situ, ia terpikir untuk meracik tembakau kering yang sudah diiris dan dicampur dengan cengkeh, lantas dilinting dengan daun jagung kering untuk dibakar dan dihisap. 

Saat racikan ini dibakar, muncul suara ‘kretek…kretek’ dari cengkeh yang terbakar. Dari sinilah nama ‘kretek’ mulai digunakan. Sejak saat itu, racikan Djamhari menyebar luas ke masyarakat. Orang dengan keluhan yang sama memintanya untuk dibuatkan racikan ini. 

Industri Kretek Dibesarkan di Kudus 

Setelah Haji Djamhari mempopulerkan kretek, peluang bisnis ini ditangkap oleh Nitisemito, pria kelahiran Kudus yang kini dikenal sebagai raja kretek pada masanya. Nitisemito memproduksi kretek merek Tjap Bal Tiga. 

Ia berhasil memasarkan kreteknya hingga ke Jakarta, Kalimantan, Sumatera, bahkan hingga terkenal di Belanda. Nitisemito-lah yang pertama kali membuat industri kretek dalam skala besar.

Pada masanya, pabrik Nitisemito bahkan mampu mempekerjakan 10.000 karyawan dan memproduksi rokok kretek hingga 10 juta batang dalam sehari. 

Banyak Pabrik Rokok di Kudus 

Sejak popularitas kretek meroket, industri kretek pun berkembang pesat. Mulai banyak bermunculan industri-industri kretek di Kudus, baik skala rumahan ataupun skala besar. Sebagian perusahaan rokok terbesar di Indonesia saat ini, mengawali bisnisnya di Kudus. 

Seperti PT Djarum, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), Sukun, Nojorono Kudus, dan lain-lain. Djarum, Nojorono, dan Sukun bahkan sempat menjadi salah satu pesaing rokok kretek buatan pabrik Nitisemito sebelum bisnis rokok sang raja kretek berakhir. 

Sektor Ekonomi Andalan 

Industri kretek adalah sektor ekonomi andalan di Kudus. Pada penerimaan cukai rokok tahunan, Kudus adalah salah satu kontributor terbesarnya. Pada 2018, Kudus menyumbang Rp31,3 triliun cukai rokok dari total penerimaan cukai Rp190 triliun. 

Sebelum pemerintah menerbitkan PMK No. 200/2008 yang mengatur lokasi dan bangunan industri kretek, Komunitas Kretek mencatat Kudus memiliki hampir ribuan industri kretek skala rumahan. Namun kini hanya tersisa puluhan industri rumahan kretek.

Itulah beberapa alasan Kudus disebut Kota Kretek. Saat ini, industri kretek tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur, namun Kudus tetap dikenal sebagai tempat kelahiran kretek Indonesia. (NKK)

SHARE