ECOTAINMENT

Blueprint Apple Dicuri Peretas, Waspadai Ransomware di Dunia Maya

Fikri Kurniawan 30/04/2021 14:32 WIB

Blueprint produk Apple dilaporkan telah dicuri oleh kelompok peretas yang menamakan diri REvil.

Blueprint Apple Dicuri Peretas, Waspadai Ransomware di Dunia Maya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Blueprint produk Apple dilaporkan telah dicuri oleh kelompok peretas yang menamakan diri REvil.  Aksi peretasan itu mereka lakukan terhadap perusahaan pemasok perangkat Apple, Quanta.

Aksi tersebut berhasil dilakukan setelah mereka mengirimkan ransomware terhadap perusahaan tersebut. Alhasil, cetak biru atau blueprint produk Apple pun berhasil digondol.

Kabar ini telah ramai dalam sepekan terakhir. Sebab, setiap hari blueprint produk Apple diunggah secara bertahap di forum peretas (dark web). REvil juga kemudian meminta tebusan kepada Apple sebesar USD50 juta atau Rp726 miliar untuk hasil curiannya itu, dengan tenggat waktu sampai 1 Mei 2021 mendatang.

Pakar Keamanan Siber, Pratama Persadha, menjelaskan serangan ransomware serupa bisa saja menimpa berbagai perusahaan swasta dan lembaga negara di Tanah Air.

Menurutnya, tidak ada sistem yang 100% aman, yang dapat menghalau semua serangan siber pada saat sekarang dan di masa depan. Sehingga cara terbaik ke depan adalah melalui mitigasi risiko.

"Kasus ini sebenarnya menjadi sebuah pembelajaran bagi semua tim IT di dunia, atas keamanan dari file-file sensitif dan dalam melindungi data perusahaan," kata Pratama, dalam keterangan resminya, Jumat (30/4/2021).

Pratama menjelaskan, dari hasil survei yang dilakukan Microsoft kepada hampir 800 perusahaan di negara-negara maju, diketahui bahwa 58% di antaranya telah meningkatkan anggaran keamanannya.

Sebesar 82% perusahaan berencana untuk menambah staf keamanannya, dan 81% responden merasa tertekan untuk menurunkan biaya keamanan pada perusahaan.

Pratama mengingatkan, perusahaan sebaiknya membekali pegawainya dengan aplikasi VPN untuk bekerja dari jarak jauh. Selain itu, agar tak mengandalkan aplikasi VPN, perlu juga diterapkan Zero Trust Network Access (ZTNA) dan Secure Access Service Edge (SASE).

"(Itupun) jika perusahaan mempunyai anggaran keamanan yang besar," tambah Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber, CISSReC, itu.

Pratama berharap pemerintah segera menyelesaikan RUU Perlindungan Data Pribadi dan RUU Ketahanan Keamanan Siber, untuk melengkapi perundangan yang menaungi wilayah siber.

"Semua pihak dituntut harus bisa meningkatkan keamanan pada sistem informasinya, meningkatkan perlindungan data, meningkatkan edukasi keamanan siber SDM dan adopsi teknologi terkini," tandasnya. (TYO)

SHARE