Industri Film Dunia Terancam Rencana Tarif 100 Persen Trump

Industri perfilman dunia mengkritik keras rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif 100 persen untuk film asing.

IDXChannel - Industri perfilman dunia mengkritik keras rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump  mengenakan tarif 100 persen untuk film asing.

Dilansir dari AFP pada Selasa (6/5/2025), rencana tarif tinggi tersebut juga mencakup film Hollywood yang diproduksi di luar negeri.

"Siapa yang menginginkan ini? Bukan Hollywood. Bisnis bioskop sedang berjuang untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi. Hal terakhir yang dibutuhkannya adalah pajak baru untuk tiket film," kata majalah bisnis film AS Variety.

Akhir pekan lalu, Trump menginstruksikan jajarannya untuk menyiapkan 100 persen untuk film buatan luar negeri. Dia mengecam model bisnis Hollywood yang membuat film di negeri lain yang menawarkan subsidi besar.

"Segera proses penerapan tarif 100 persen untuk semua film yang masuk ke negara kita yang diproduksi di negeri lain," kata Trump di media sosial.

"Insentif  yang ditawarkan negara lain membuat perusahaan film dan studio kita menjauh dari Amerika Serikat. Kami ingin film dibuat di Amerika lagi," katanya.

Rincian tentang tarif film masih belum jelas tetapi telah menimbulkan kegelisahan dan memicu ketidakpastian. Dilema bagi produser dan distributor adalah: apakah mereka tidak lagi menayangkan film yang dibuat di luar AS, atau apakah mereka membuat film sepenuhnya di AS untuk menghindari tarif?

Banyak film laris yang sebagian atau seluruhnya difilmkan di luar AS, termasuk film superhero Marvel, serta Mission Impossible: The Final Reckoning karya Tom Cruise yang akan dirilis bulan ini.

"Produksi besar yang dibuat dari A hingga Z di AS sudah jarang terjadi," kata Juru Bicara Serikat Pekerja Teknisi Film Kanada Evelyne Snow, dalam sebuah wawancara dengan harian La Presse.

Snow mengatakan rencana tarif Trump mengancam ribuan pekerja film di Kanada. Banyak dari mereka yang bergantung pada proyek dari Hollywood.

"Sebuah produksi Amerika di Montreal menghidupi 2.000 orang, dari juru kamera hingga pengemudi limusin," katanya. (Wahyu Dwi Anggoro)