ECOTAINMENT

Jokowi Minta Komoditas Kopi Lokal agar Lebih Diperhatikan, Ini Alasannya

Tangguh Yudha/MPI 13/07/2024 10:30 WIB

Harga komoditas kopi mencapai 70 ribu rupiah per kilogram dalam bentuk kering atau green bean.

Jokowi Minta Komoditas Kopi Lokal agar Lebih Diperhatikan, Ini Alasannya (FOTO:MNC Media)

IDXChannel  - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar komoditas kopi lokal lebih di perhatikan. Menurutnya, saat ini nilai kopi terus tinggi dan bahkan permintaan ekspor setiap tahunnya terus meningkat.

Dalam kunjungannya ke perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, Jokowi menyebut bahwa kopi Indonesia merupakan kopi terbaik dan terbesar di dunia.

Di mana harga komoditas kopi mencapai 70 ribu rupiah per kilogram dalam bentuk kering atau green bean, sementara rata-rata produktivitas kopi petani mencapai 3 hingga 4 ton per hektare.

"Dan kita tahu, harga kopi sekarang ini terus naik, meskipun kadang turun, tapi secara tahunan naik terus. Lalu volume untuk permintaan ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian agar memberi perhatian pada komoditas kopi," kata Jokowi, Jumat (12/7/2024).

"Yang paling penting adalah produktivitas per hektarnya harus naik, yang masih 1 hektar, 1 ton, 2 ton, harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton. Tetapi ingat, ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarenya menjadi naik drastis," tuturnya.

Presiden mengatakan pemerintah telah menyiapkan alokasi pupuk subsidi yang kini naik 2 kali lipat dari  yang tadinya 4,5 juta menjadi 9,5 juta. Kenaikan tersebut diharapkan menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mancanegara.

"Dan itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitas perhatiannya bisa naik. Ingat kita memiliki 1,2 juta hektare kopi, baik Robusta maupun Arabica, di seluruh Indonesia," katanya.

Kendati begitu, Presiden ingin produksi kopi yang dilakukan ini masuk pada tahap industri atau hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah atau pendapatan petani kopi itu sendiri.

Hilirisasi yang dilakukan bahkan tidak hanya dilakukan pada kopi melainkan juga komoditas coklat, kakao, sawit dan komoditas perkebunan lainnya.

"Ya harus seperti itu, harusnya semuanya tidak dalam bentuk mentahan, bahkan tidak hanya kopi, tetapi cokelat, sawit dan semua komoditas perkebunan lainnya," ujar dia.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.268.905 hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 756.097 ton atau terbesar keempat dunia dan menyumbang 6 persen kopi dunia.

Mentan mengatakan Indonesia memproduksi 91 persen kopi robusta dan 9 persen kopi Arabika, dengan nilai ekspor tahun 2020-2022 mengalami kenaikan sebesar USD 326.451 atau 40 persen, dari sebelumnya USD 821.932 menjadi USD 1.148.383. sedangkan volume ekspor naik sebesar 58.201  ton atau 15 persen dari 379.354 ton menjadi 437.555 ton.

Khusus provinsi Lampung, Mentan Amran menambahkan saat ini merupakan posisi kedua terbesar produksi kopi nasional dengan luas perkebunan mencapai 155.165 hektare atau 108.069 ton dengan dominasi kopi robusta.

"Yang menarik adalah petani kopi Lampung Barat sebagian besar menerapkan teknologi sambung pucuk pada budidaya kopi Robusta dan menghasilkan produktivitas 1,1 ton per hektare atau di atas produktivitas rata-rata Nasional 0,813 ton per hektare," ujarnya.

(SAN)

SHARE