ECOTAINMENT

Tekan Kasus DBD, WHO Rekomendasikan Wolbachia 

Chindy Aprilia 26/11/2023 14:17 WIB

Inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mendapatkan rekomendasi dari WHO.

Tekan Kasus DBD, WHO Rekomendasikan Wolbachia (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mendapatkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) .

Dari hasil penelitian pada 2021, penyebaran nyamuk Wolbachia berhasil menekan angka demam berdarah hingga 77 persen dan angka perawatan di rumah sakit turun sebesar 86 persen.

Dengan rekomendasi ini, penerapan teknologi wolbachia untuk mengatasi demam berdarah kian melengkapi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue tahun 2021-2025.

“Kami membandingkan kecenderungan dengue di Yogyakarta mundur 30 tahun, dari situ kami menyimpulkan memang angka kejadian dengue saat ini terendah sejak 30 tahun lalu. Hasil ini menjadi bukti penelitian di Yogyakarta sekaligus rekomendasi ke WHO untuk vector control advisory Group,” kata WHO, dikutip dalam keterangan resmi Minggu (26/11/2023).

Tidak hanya itu, dengan penerapan upaya penyebaran nyamuk ber-Wolbachia juga penggunaan fogging atau pengasapan perlahan juga dikabarkan menurun. Tentu saja hal itu jadi menambah nilai positif tentang program ini. 

Karena itu berarti penyebaran nyamuk ber-wolbachia disebut juga berhasil menekan anggaran penanganan dengue.

Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof Dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, PhD atau kerap disapa dengan Prof Uut mengatakan penghematan tersebut bisa sekitar 200-an juta, sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain.

“Karena tingginya kasus, fogging yang semula bisa 200 kali di tahun 2022, tapi kini bisa 9 kali di tahun ini. Penghematannya bisa sekitar 200-an juta, sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain,” ucap Prof Uut.

Selain itu, manfaat yang mungkin dirasakan lainnya adalah penurunan jumlah kasus dengue yang dirawat inap, juga diperkirakan akan menghemat biaya perawatan pasien dengue yang menggunakan BPJS Kesehatan.

“Sekitar 2017-an di satu kabupaten bisa Rp8-Rp9 miliar untuk dengue. Jadi ini bisa menjadi potensi penghematan yang besar,” tutur Prof Uut.

(DES)

SHARE