Mayoritas Investor Saham Sering 'Boncos', Ini Tips Pakar buat 'Pemain' Newbie
Menjadi sebuah estimasi umum di kalangan pelaku pasar bahwa mayoritas investor gagal atau kehilangan uang di pasar modal, terutama saham.
IDXChannel – Antusiasme anak muda untuk berinvestasi di pasar modal semakin meningkat di era digital saat ini. Hanya saja, investor atau trader pemula seringkali akrab dengan kegagalan.
Menjadi sebuah estimasi umum di kalangan pelaku pasar bahwa mayoritas investor gagal atau kehilangan uang di pasar modal, terutama saham.
Akademisi keuangan dan pasar saham cum penulis Lukas Setia Atmaja pernah mengatakan dalam sebuah acara di Surabaya pada 2019 lalu, sebagaimana dikutip sebuah media online nasional (28 April 2019), sekitar 85% sampai 90% investor mengalami kegagalan.
Gambaran umum tersebut juga terlihat di sejumlah pasar modal di luar negeri.
Menurut catatan Ben Carlson dalam tulisan di blog A Wealth Common Sense yang dikutip oleh Business Insider (30 Juli 2021), sebuah studi terhadap trader kontrak berjangka (futures) di Brazil menemukan 97% trader harian (day traders) kehilangan uang selama periode 300 hari.
Studi lainnya, hanya 5% day traders di Taiwan yang ‘cuan’ selama periode 1995 sampai 2006.
Kemudian, studi perusahaan platform trading saham eToro menemukan hampir 80% day traders kehilangan uang selama periode 12 bulan dengan median loss mencapai 36%.
Peluang dan Tantangan
Lantas, bagaimana cara menyiasati hal tersebut? Dan bagaimana tantangan untuk investor pasar modal RI yang bertumbuh signifikan ke depan?
Pengamat pasar modal William Hartanto menjelaskan, pernyataan Lukas di atas tidak keliru, sembari menekankan bahwa kegagalan wajar dalam proses awal pembelajaran di dunia saham.
“Yang dikatakan pak Lukas ngga salah. Apalagi kalau gagalnya itu di proses awal pembelajaran,” jelas William saat dihubungi IDXChannel, Selasa (11/10/2022).
Menurut hemat William, tantangan ke depan adalah investor baru mesti memperbanyak edukasi agar memahami “teknik menghadapi dinamika pasar dan menjaga emosi supaya ngga mudah panik (panik beli maupun panik jual).”
Soal edukasi, kata William, ada banyak sumber yang bisa digali, seperti buku, komunitas, Youtube hingga Sekolah Pasar Modal (SPM) dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Tugas investor baru cuma melakukan back testing aja. Jadi apa yang mereka pelajari, ditest kembali ke pasar, apakah cocok atau ngga. Kalau cocok mrk bisa teruskan; kalau ngga cocok mereka perlu belajar metode baru. Cara ini saya sendiri terapkan waktu awal belajar investasi,” beber pendiri research & trading website WH Project cum penulis buku investasi saham tersebut.
Lebih lanjut, kata William, tantangan yang perlu diperhatikan investor adalah soal adaptasi di tengah pasar modal yang dinamis.
“Investor baru harus bisa menguasai teknik/metode yang tepat di waktu yang tepat agar tidak salah timing, merugi, lalu berbalik menyalahkan pasar modal,” pungkas William.
Senada, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, peningkatan jumlah investor pasar modal perlu dibarengi dengan edukasi dan ‘terjun’ langsung.
“Peluang untuk jadi investor sukses. Tapi tantangannya [adalah] menemukan jalan yang tepat melalui edukasi dan pengalaman langsung,” jelas Aria kepada IDXChannel, Selasa (11/10/2022).
Soal Mindset dan Kedisiplinan
Lebih lanjut, analis senior dari Samuel Sekuritas Indonesia M Alfatih pun berpendapat, mindset (kerangka pikir) adalah yang terpenting untuk menjadi investor sukses, selain soal pengetahuan dasar pasar modal
“Selain pengetahuan seperti fundamental atau teknikal yg bisa dipelajari hitungan hari atau minggu, yang paling penting adalah mindset. Membentuk mindset, perilaku dan keterampilan tidak dapat dicapai dalam sekejap. Perlu terus dibentuk dengan terencana dan dengan menggali pengalaman,” kata Al Fatih dalam menjawab pertanyaan IDXChannel, Selasa (11/10).
Bahkan, kata pria yang juga seorang asessor sertifikasi profesi pasar modal tersebut, diperlukan semacam “keahlian dan disiplin tertentu menggunakan fasilitas-fasilitas yang banyak tersedia yang memberikan pengetahuan, rekomendasi, bahkan tools utk membantu trading/investasi.”
Al Fatih bilang, peluang untuk investor dengan modal mini lainnya adalah akses informasi yang melimpah saat ini, bahkan tidak kalah dengan informasi yang diterima oleh fund manager.
“Sehingga nasabah sudah bisa bersaing dengan para fund manager, yg banyak dibatasi oleh peraturan,” imbuhnya.
Sayangnya, kata Al Fatih, pengelolaan keuangan dan transaksi di nasabah perorangan cenderung masih kurang terkontrol, terutama para nasabah anyar.
“Sesuai temuan kelompok behaviour finance, perilaku kita dalam keputusan keuangan sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis, sehingga nasabah perlu membuat rencana yang baik berdasar fundamental atau teknikal atau keduanya,” terang Al Fatih.
Yang Muda Kesengsem Investasi
Informasi saja, menurut data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada akhir September 2022, total investor berdasarkan single investor identification (SID) mencapai 9,78 juta, alias meningkat 30,55% dibandingkan akhir 2021 sebanyak 7,49 juta.
Dari peningkatan tersebut, investor muda yang berusia di bawah 30 tahun mendominasi jumlah investor sebanyak 59,22%.
Adapun investor berusia 31-40 tahun sebanyak 22,14% dan sisanya dikontribusi dari investor dengan rentang usia yang lebih tua.
Yang Tua Banyak Dana
Namun dari sisi nilai kepemilikan aset di pasar modal, investor yang berusia di atas 60 tahun mendominasi kepemilikan aset pasar modal sebesar Rp579,35 triliun, meskipun jumlahnya hanya 2,77% dari keseluruhan jumlah investor pasar modal.
KSEI mencatat kontributor penambahan jumlah investor baru adalah investor reksa dana.
Berdasarkan data per September 2022, jumlah investor reksa dana bertambah 32,89% jadi 9,09 juta, dibandingkan Desember 2021 yang sebanyak 6,84 juta.
Adapun jumlah investor Surat Berharga Negara (SBN) per Agustus 2022 sebanyak 783.273 investor atau naik 28,6% dibandingkan Desember 2021 yang tercatat sebanyak 611.143.
"Jumlah investor C-BEST (saham) mencapai 4,2 juta pada September 2022, naik 22,45% dibandingkan Desember 2021 yang sebanyak 3,45 juta," tandasnya. (ADF)