Berawal dari Hobi, Pemuda ini Budidaya Lobster dan Raup Rp30 Juta per Bulan
Satrio suryo membudidaya lobster air tawar berhasil meraih cuan jutaan rupiah per pekan. Suryo bisa mengantongi hingga Rp30 juta per bulan.
IDXChannel—Bermula dari hobi, Satrio suryo membudidaya lobster air tawar berhasil meraih cuan jutaan rupiah per pekan. Lobster ini berasal dari Australia dan hidup pada habitat aslinya di sungai-sungai air tawar, dikenal memiliki daging banyak dan empuk.
Lobster jenis red claw ini dibudidayakan di kolam menyerupai sungai di teras rumah milik Satrio di Jalan Kalpataru V E Nomor 13 E, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Malang.
Suryo memisahkan lobster yang masih anakan dengan indukan. Lobster yang masih kecil diletakkan di semacam pipa dengan arus gelembung di air, supaya udara bisa masuk ke dalamnya.
Suryo menyatakan awalnya budidaya lobster ini adalah hobi yang ia jalankan sejak 2006. Saat itu ia belajar untuk membudidayakan lobster di aquarium, lantas memindahkannya ke kolam yang lebih besar, karena kian banyaknya lobster yang berkembang.
“Saat itu kita belajar untuk breeding dan pengembangbiakan seperti apa, marketnya seperti apa. Jari budidaya lobster air tawar, pakai shelter, pompa, karena lobster air tawar butuh oksigen," ucap Satrio Suryo, ditemui di rumahnya pada Selasa (27/8).
Selama proses pengembangbiakkan, lobster biasanya akan memasuki musim kawin selama satu minggu hingga satu bulan untuk bisa bertelur. Setiap indukan lobster disebut memiliki jumlah telur yang berbeda-beda, antara 300-500 telur untuk ukuran sedang.
Tapi ada yang mencapai 700 telur untuk yang berukuran jumbo hingga berat 500 gram ke atas. Dimana tingkat keberhasilan telur-telurnya mencapai 70 persen, karena 30 persen di antaranya ada yang dimakan sesama lobster, hingga ganti kulit, sehingga mati.
“Setelah bertelur kita ambil, dipisahkan telurnya, kita nunggu dia menjadi buyaran sekitar satu bulanan, dipindah ke kolam pembesaran, sampai usia tiga bulan, sampai ukurannya 2-3 inci bertambah,” katanya.
Setelah dipindah ke kolam pembesaran, lobster ini akan berkembangbiak dengan sendirinya, dan setelah itu dijual. Biasanya dalam satu kilogram berisikan 15-20 ekor lobster, dengan harga per kilogramnya antara Rp250.000-Rp300.000, tergantung kualitas dan ukurannya.
“Kalau itu lobster jumbo itu biasanya lebih mahal, bisa kena Rp250.000 per kilogramnya, itu satu kilogramnya cuma 5-6 ekor lobster saja,” kata dia.
Pemasaran lobsternya pun disebut Satrio sudah merambah hingga ke luar Pulau Jawa. Beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta, hingga Bali, menjadi tujuan utama. Permintaan terbanyak biasanya datang dari Pulau Bali, karena lobster air tawar diminati oleh wisatawan mancanegara.
“Marketnya kayak di hotel, resto-resto, sudah setor rutin kita ke resto - resto di Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, itu terbanyak. Biasanya mereka pesan melalui market place di media sosial, dari Instagram. Kalau yang capitnya bagus, biasanya digunakan untuk hias, itu dari indukannya,” jelasnya.
Untuk memenuhi permintaan konsumen, Satrio juga memberdayakan para peternak lobster sebagai mitra. Total ada sebanyak 20-30 mitra di Kota Malang yang ia bina, siap menyetorkan lobster. Dimana dari para mitra itu biasanya ada panen raya setahun dua kali.
“Kalau waktu panen raya itu memang sedikit agak turun, tapi nggak drastis, ya antara Rp250.000-Rp350.000 per kg, untuk yang jumbo bisa sampai Rp 350.000, Kita ngambil dari semua petani Rp180.000-Rp200.000 per kilogram,” jelasnya/
Dalam satu pekan Suryo mampu menyetor antara 30-50 kilogram, jika panen raya bisa menyetor 100 kilogram per pekan. Artinya jika dikalkulasikan per pengiriman ke konsumen paling sedikit 30 kilogram saja, dia mendapat pemasukan Rp7,5 juta per minggu, jika per bulan bisa mencapai minimal Rp30 juta.
(Nadya Kurnia)