INSPIRATOR

Cerita Inspiratif Bu Nanik, Pisang Gorengnya Gosong Tapi Kini Paling Laris di Aplikasi

Kurnia Nadya 28/03/2023 15:23 WIB

Pisang goreng madu Bu Nanik adalah yang salah satu makanan terlaris di aplikasi pengantaran makanan.

Cerita Inspiratif Bu Nanik, Pisang Gorengnya Gosong Tapi Kini Paling Laris di Aplikasi. (Foto: IDXChannel)

IDXChannelCerita inspiratif kali ini mengisahkan tentang pendiri salah satu bisnis kuliner pisang goreng, yakni Nanik Soelistiowati. Bisnis yang bermula dari memanfaatkan makanan sisa katering itu kini menjadi jajanan paling laris dipesan lewat aplikasi pengantaran makanan. 

Penduduk Jakarta dan sekitarnya tak lagi asing mendengar nama Pisang Goreng Madu Bu Nanik. Tempat penjualan pusat oleh-oleh yang khas dengan pisang goreng bercita rasa juara wahid. Manis dan renyah, sekalipun warnanya legam. 

Pisang goreng madu berbeda dengan pisang goreng lainnya. Sekali mencicip, dijamin ketagihan dengan rasa manis dari paduan pisang, tepung, dan baluran madu yang menimbulkan karamelisasi saat penggorengan. 

Tahukah Anda, Nanik mendapatkan idenya untuk menggoreng pisang dengan baluran madu berkat orangtuanya? Dalam wawancara bersama tim IDXChannel di gerai Pisang Goreng Madu Bu Nanik di Tanjung Duren, ia membagikan awal perjalanan bisnisnya. 

“Saya dapat ide itu karena orangtua saya. Kebetulan saja. Saya buatkan pisang goreng, mau saya kasih gula karena beliau bilang kurang manis, tapi beliau diabetes. Jadi gulanya saya ganti dengan baluran madu,” kenang Nanik. 

Kadar gula dalam madu, menurut Nanik, tidak seganas kadar gula dalam gula pasir biasa, terlebih bagi penderita diabetes. Dari situlah ia menemukan resep menggoreng pisang dengan baluran madu. 

Cerita Inspiratif Nanik Soelistiowati: Pisang Goreng kok Gosong?

Namun sebelum membuka bisnis pisang goreng madu, Nanik sebenarnya telah menjalankan usaha yang sudah mapan. Ia adalah pemilik katering yang cukup besar, sebab mampu melayani dan menyediakan hidangan untuk 1.200–2.000 orang tamu. 

Nanik menjalani bisnis katering sejak 1994. Sepanjang perjalanan usahanya, ia melayani hotel-hotel berbintang seperti Alila, the Dharmawangsa, Ibis, Parkland, dan lain-lain. Pada masa-masa inilah Nanik mulai memutar otak untuk mengolah pisang. 

Menurut cerita Nanik, makanan katering kerap kali bersisa, para tamu seringkali tak menyentuh buah-buahan yang telah disediakan, salah satunya pisang. Nanik lantas berniat untuk mengolah pisang-pisang sisa katering itu agar lebih nikmat disantap. 

“Sudah coba digoreng, dibuat pisang sale, ada yang akhirnya harus dibuang,” tutur Nanik. 

Hal itu berulang hingga akhirnya ia berhasil menemukan resep pisang goreng madu yang lezat. Namun setelahnya, Nanik pun tak langsung sukses. Konsumen tak langsung menyukai pisang goreng buatannya gara-gara warnanya hitam seperti gosong.

Saat menawari ke orang-orang pun, tak sedikit ia menerima cibiran. Sebab tampak luar, pisang goreng madu memang berwarna lebih gelap dari gorengan pisang pada umumnya. Sehingga tampak sekilas, orang akan mengira pisang itu gosong, padahal tidak.  

“Warnanya hitam itu karena proses karamelisasi dari baluran madu. Itu yang membuat unik. Prinsip di sini, kalau belum muncul titik hitam, belum boleh diangkat. Pelanggan kami justru mencari yang seperti itu,” lanjut Nanik. 

Bahkan pernah pihak hotel meminta Nanik untuk tidak mengeluarkan pisang goreng madunya karena warna gosongnya. Namun saat gorengan itu tidak ada, para tamu malah mencarinya. 

Akhirnya pisang goreng madu buatan Nanik makin populer, yang mulanya dari satu hotel, berpindah ketenaran ke hotel-hotel lainnya, hingga Nanik memantapkan diri untuk menjual pisang goreng dan membuka toko sendiri. 

Cerita Inspiratif Nanik Soelistiowati: Konsistensi Rasa

Nanik mengaku sangat menjaga konsistensi rasa gorengannya. Hal ini diwujudkannya lewat pilihan jenis pisang yang tepat dengan tahap kematangan yang juga tepat. Nanik pun mengaku pernah terkendala dalam pasokan bahan baku dari lapangan. 

“Kalau kemarau pisang, kita produksi terpaksa stop. Kalau pisang kurang matang enggak bisa digoreng. Daripada kualitas pisangnya enggak pas, mending stop produksi, ada quality control di lapangan yang cek,” lanjut Nanik. 

Di samping menjaga kualitas rasa pisang, Nanik juga berusaha menyajikan ukurang pisang goreng yang sama. Sebab dulu ia pernah mendengar pelanggan yang komplain lantaran ia mendapatkan pisang goreng dengan ukuran yang lebih kecil. 

Sehingga, agar ukuran semua pisang goreng produksi dapurnya sama, Nanik mencetak adonan pisang goreng itu dalam cetakan bulat. Sampai saat ini, pisang goreng madu Bu Nanik tersaji dalam bentuk bulat besar. 

Dalam hal pemasaran produk, Nanik mengaku mendapatkan banyak bantuan dari anak-anaknya yang lebih melek teknologi. Anak-anaknya lah yang membantunya membuka toko online di berbagai platform e-commerce di Indonesia. 

Nanik bahkan mengaku, perolehan omzet di gerai-gerainya memang lebih didominasi pembelian dan pemesanan secara online. Pada gerai Tanjung Duren, Jakarta Barat, tokonya memiliki pick up point khusus untuk driver online. 

“Saya orang kuno, tapi anak-anak saya bantu. Pada 2014 kami hadir di Gojek, lalu menyusul platform lain. Sangat membantu sekali, ojol itu kepanjangan tangan saya. Saat pandemi pun masih buka, tapi dengan mengikuti prosedur protokol kesehatan,” kata Nanik. 

Dalam satu hari, wanita asal Madiun ini mengaku produksi di dapur tokonya dapat menghabiskan pisang sebanyak satu truk pickup, terlebih jika pesanan sedang ramai-ramainya. 

Saat ini, Nanik memiliki dua gerai yang sudah beroperasi, yakni di Grogol (Jakarta Barat) dan Kemang (Jakarta Selatan). Ia berencana untuk membuka gerai ketiga di Pantai Indah Kapuk dengan skema bagi hasil dengan investor lain. 

Gerainya di Grogol kini beroperasi layaknya toko oleh-oleh. Selain menjual pisang dan jenis gorengan lain, Nanik juga membuka etalase bagi para UMKM makanan dan minuman untuk menitipkan produk di tokonya. 

Dalam pantauan IDXChannel, terdapat bolu Meranti khas Medan, Pia Legong Khas Bali, Spiku, bandeng presto dan pepes bandeng khas Semarang, juga beragam jenis snack-snack kemasan dan jajasan pasar yang setiap hari akan diganti dengan yang baru. 

Demikianlah cerita inspiratif tentang Nanik Soelistiowati, pendiri pisang goreng madu yang bikin konsumen kecanduan ngemil. (NKK)

SHARE