INSPIRATOR

Cerita Inspiratif tentang Pantang Menyerah, Ketangguhan Tiada Batas Pendiri HM Sampoerna

Kurnia Nadya 20/03/2024 13:58 WIB

Liem Seeng Tee, pendiri HM Sampoerna, pernah mengalami jatuh bangun saat merintis bisnisnya. Namun ia terus bangkit hingga HM Sampoerna bertahan.

Cerita Inspiratif tentang Pantang Menyerah, Ketangguhan Tiada Batas Pendiri HM Sampoerna. (Foto: MNC Media)

IDXChannelCerita inspiratif tentang pantang menyerah dapat dijadikan motivasi untuk terus bangkit, meskipun kendala datang berulang kali. Inspirasi kali ini datang dari Liem Seeng Tee, pendiri PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). 

Sebelum menjadi salah pabrik tembakau terbesar di Indonesia, HM Sampoerna pernah melewat beberapa kali jatuh bangun. Namun sang pendiri, Liem Seeng Tee, tidak pernah pantang menyerah untuk kembali membangun usahanya. 

Usaha rokok yang dilakoni Liem Seeng Tee dimulai sejak 1912 ketika Seeng Tee mendapat pekerjaan sebagai pelinting sekaligus peracik rokok. Ilmu melinting tembakau itu ia pelajari selama berjualan makanan kecil di gerbong kereta Surabaya-Jakarta. 

Liem Seeng Tee sendiri merupakan imigran dari Fujian, Tiongkok, pada1898 bersama ayah dan kakak perempuannya. Namun tak lama setelah mendarat di Indonesia, sang ayah meninggal dunia, sehingga ia dititipkan pada satu keluarga Tionghoa di Bojonegoro. 

Seeng Tee diajari ilmu keuangan ketika diasuh oleh keluarga tersebut, dan tak lama sesudahnya ia mulai hidup mandiri dengan berjualan makanan kecil. Pada 1912, ia menikahi istrinya, Siem Tjiang Nio, saat itu usianya masih 19 tahun. 

Pada waktu yang sama, ia mendapatkan pekerjaan sebagai peracik dan pelinting roko di pabrik rokok di Lamongan. Tidak lama ia bekerja di situ, setelahnya ia membuka warung kecil di Jalan Tjantian, Surabaya, untuk berjualan makanan kecil dan rokok lintingan. 

Produk rokok pertamanya hanyalah kretek linting tangan dengan nama Dji Sam Soe (234). Bisnisnya ini berkembang cukup baik, akan tetapi cobaan pertama datang, warung sekaligus gubug tempat tinggal Seeng Tee dan istrinya terbakar pada 1916. 

Namun ia tidak menyerah, Seeng Tee membeli pabrik rokok yang hampir bangkrut dengan harga murah, berkat istrinya yang gemar menabung di tiang bambu. Di pabrik ini, Seeng Tee kembali meracik resep rokok untuk menarik pelanggan. 

Usahanya kian pesat, dan berganti nama dengan NVBM Handel Maatschappij Sampoerna pada 1930, ini adalah pertama kali nama Sampoerna dipakai. Dua tahun setelahnya, produksi rokok berpindah ke lahan yang lebih luas, yakni di Jembatan Merah Surabaya. 

Saat itu, bisnis tembakau Seeng Tee makin pesat berkembang, ia mampu mempekerjakan 1.300 karyawan dan memproduksi hingga 3 juta batang per minggu. Pasar Sampoerna makin kuat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Namun lagi-lagi, cobaan lain datang kembali. Pasukan Jepang mendarat di Surabaya pada 1942, dan dalam waktu singkat, Seeng Tee ditangkap dan diangkut ke Jawa Barat untuk kerja paksa. Sementara pabriknya dipaksa untuk memproduksi rokok untuk tentara Jepang.

Tak diketahui ke mana perginya harta dan aset milik keluarga dan perusahaannya. Ketika Indonesia merdeka dan pasukan Jepang akhirnya pergi, yang tersisa bagi Seeng Tee hanyalah keluarganya sendiri dan merek dagang Dji Sam Soe. 

Sekali lagi, Seeng Tee berupaya membangkitkan usahanya dari nol. Perlahan tapi pasti, pelanggan kembali berdatangan, dan Sampoerna kembali bangkit di bawah kendali Seeng Tee. 

Seeng Tee meninggal dunia pada 1956. Sebenarnya, HM Sampoerna sekali lagi mengalami kendala yang nyaris membangkrutkan perusahaan sepeninggalan Seeng Tee. Namun bisnis ini berhasil dipertahankan, bahkan dikembangkan lebih pesat lagi oleh anak cucunya. 

Itulah cerita inspiratif tentang pantang menyerah yang menarik dari pendiri HM Sampoerna, yang enggan menyerah meskipun telah menjalani banyak cobaan berat dalam hidupnya. (NKK)

SHARE